Shanghai (ANTARA) - Lengan bionik ramping bergerak melalui tanaman tomat, dengan penglihatan 3D-nya memindai lingkungan. Berhenti di bunga, sensor di ujung jarinya menilai viskositas serbuk sari saat algoritma memproses data dalam milidetik.
Setelah kondisi yang memadai terkonfirmasi, getaran frekuensi tinggi mengatomisasi serbuk sari, menaruhnya tepat pada kuntum bunga yang berdekatan dan menyelesaikan penyerbukan buatan dengan akurasi yang luar biasa. Robot kemudian bergerak ke tanaman berikutnya secara otomatis, menghindari rintangan dengan tingkat kesadaran seperti manusia.
Robot pertanian cerdas itu dikembangkan oleh para peneliti di Universitas Fudan. Sistemnya mengintegrasikan berbagai teknologi canggih yang mencakup sejumlah bidang seperti persepsi penglihatan 3D, navigasi otonomos, pengambilan keputusan berbasis awan (cloud), dan pembelajaran mendalam kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI), yang berpuncak pada contoh utama kecerdasan yang terwujud.
Pengoperasiannya yang mulus merupakan hasil pengembangan selama empat tahun dan empat generasi purwarupa, hasil karya tim peneliti yang dipimpin oleh Shang Huiliang, seorang lektor kepala di universitas itu.
Robot multifungsi tersebut menangani seluruh proses budi daya tomat, termasuk penyerbukan, pemangkasan daun, penjarangan buah, dan panen. Tidak seperti perangkat dengan fungsi tunggal sebelumnya, mesin "berpikir" itu dapat menyimulasikan persepsi manusia, pengambilan keputusan, dan pelaksanaan tugas.
Perjalanan penelitian tim itu dimulai pada 2021, ketika mereka mengidentifikasi robotika pertanian sebagai area pengembangan utama. "Kami menyadari bahwa otomatisasi presisi di bidang pertanian menghadirkan tantangan dan peluang yang luar biasa," kata Shang.
Rintangan teknisnya sangat berat. Tugas-tugas seperti memanen buah yang tidak terlihat atau menavigasi dedaunan yang lebat, meskipun sederhana bagi manusia, terbukti sangat sulit bagi mesin.
Menghadapi tantangan yang begitu kompleks dengan personel yang terbatas, tim Shang mengadopsi pendekatan sistematis untuk penelitian dan pengembangan. Pada awal proyek, tim memanfaatkan kekuatan akademis universitas itu, berkolaborasi dengan ahli optik dan algoritma untuk memecahkan masalah oklusi buah, sementara ilmuwan material dan insinyur mesin mengembangkan lengan bionik yang fleksibel.
Secara bertahap, tim ini membangun unit penelitian multidisiplin yang ringkas yang mencakup bidang teknik mesin, elektronik, kontrol otomatis, pengembangan perangkat lunak, dan kecerdasan buatan.
Setelah empat tahun pengembangan, tim itu mengembangkan lengan robot industri menjadi mesin otonomos generasi keempat. "Model kami saat ini mengoordinasikan 'mata, otak, tangan, dan kaki' dengan kecerdasan yang terwujud. Model ini mempertahankan lebih dari 90 persen keberhasilan penyerbukan bahkan dalam kondisi alam yang menantang," kata Li Ruijiao, salah satu peneliti dari tim tersebut.
Sedang menjalani uji coba lapangan di pertanian Bright Food Group di Chongming, model itu menunjukkan efisiensi yang luar biasa. Satu robot dapat menggantikan enam pekerja. Kombinasi kinerja dan keterjangkauan ini telah menghasilkan minat industri yang kuat.
Tim ini mengikuti model inovasi yang digerakkan oleh permintaan, dengan para anggotanya telah melakukan penelitian lapangan yang ekstensif di 20 pertanian di Shanghai dan sejumlah provinsi seperti Qinghai, Guangdong, dan Hainan.
"Kami telah membalikkan proses penelitian dan pengembangan tradisional dengan memulai dari masalah yang dihadapi petani. Mengembangkan teknologi keras membutuhkan pemecahan masalah yang konstan dalam kondisi dunia nyata," kata Li.
China kembangkan robot AI yang mampu lakukan tugas pertanian manusia
Senin, 14 April 2025 12:26 WIB

ANTARA/Xinhua