Surabaya (ANTARA) - Ada momen-momen yang tidak sekadar seremoni, tapi menyimpan makna lebih dalam dan mengingatkan kita mengenai perjalanan bangsa. Parade Senja di Magelang kemarin adalah salah satunya.
Sebuah upacara militer yang menghadirkan para pemimpin lintas generasi dalam satu barisan. Ada Presiden SBY, Presiden Jokowi, Presiden Prabowo, dan Ibu Puan yang representasi Ibu Megawati. Pemandangan yang langka, tapi sekaligus mengingatkan kita pada satu hal: kepemimpinan itu estafet, politik boleh berbeda, tapi kepentingan bangsa harus tetap dijaga.
Saya teringat mimpi yang pernah diceritakan Presiden SBY di Twitter (X)—tentang beliau, Pak Jokowi, dan Ibu Mega dalam satu gerbong kereta menuju Jawa Timur. Mimpi yang bukan sekadar bunga tidur, tapi sebuah waskita dan simbol.
Simbol bagaimana transisi kepemimpinan harus berjalan dengan baik, bagaimana pemimpin harus bisa duduk bersama, berbicara, dan menyapa rakyat sebagai satu kesatuan. Dalam politik, perbedaan itu pasti ada, tapi yang lebih penting adalah bagaimana kita menjaga kehormatan dalam perbedaan itu. Dan kemarin, momen Parade Senja seperti mewujudkan mimpi tersebut.
Saya beruntung menjadi saksi dari kepemimpinan Pak SBY sejak 2004. Dari seorang mahasiswa, aktivis, hingga kini menjadi bagian dari Partai Demokrat, saya melihat sendiri bagaimana beliau selalu menekankan pentingnya transisi yang damai dan demokrasi yang sehat.
Tahun 2014, ketika beliau menyerahkan estafet kepemimpinan ke Presiden Jokowi, semuanya berjalan tanpa gejolak. Tidak ada drama, tidak ada kegaduhan. Hanya pesan sederhana: negara ini lebih besar dari siapa pun yang memimpinnya. Dan kini, kita melihat tradisi itu terus terjaga.
Parade Senja kemarin bukan hanya soal upacara dan penghormatan, tapi juga pesan bagi kita semua. Bahwa kebhinekaan itu nyata, bahwa di tengah perbedaan, selalu ada ruang untuk persatuan. Melihat Pak SBY, Pak Jokowi, Pak Prabowo, dan Mbak Puan berdiri bersama dalam satu barisan memberi harapan bahwa bangsa ini bisa terus maju jika pemimpinnya tetap menjaga komunikasi, menghormati satu sama lain, dan menempatkan kepentingan rakyat di atas segalanya.
Terima kasih, Bapak SBY. Atas semua wejangan, nasihat, dan kebijaksanaan yang selalu menjadi pegangan kami. Tetaplah menjadi panutan bagi bangsa dan negara.
Dan bagi kita semua, kader Demokrat dan generasi muda, tugas kita jelas: menjaga estafet kepemimpinan ini tetap berjalan dengan baik, memastikan bahwa demokrasi tetap sehat, dan membawa Indonesia menuju 2045 dengan optimisme.
Sebab, seperti yang selalu diajarkan Pak SBY—politik bukan soal menang atau kalah, tapi soal bagaimana kita bisa terus memberi makna bagi bangsa dan negara.
Surabaya, Jum’at, 28 Februari 2025
*) Penulis Adalah : Kader Partai Demokrat Jawa Timur