Sumenep (Antara Jatim) - Pengurus Asosiasi Desa Wisata Indonesia (Asidewi) Madura Raya menyatakan kapal tunda pengangkut batu bara yang kandas di Perairan Pulau Gililabak, Kabupaten Sumenep, berpotensi merugikan kepariwisataan setempat, karena posisinya di area "snorkling" para wisatawan.
"Kapal tunda itu kandas di area terumbu karang yang selama ini menjadi lokasi 'snorkling' para wisatawan. Kami menduga kapal kandas tersebut merusak terumbu karang yang ada di bawahnya," ujar Ketua Asidewi Madura Raya, Fadel Abu Aufa di Sumenep, Jawa Timur, Selasa.
Satu kapal tunda yang menarik tongkang bermuatan batu bara itu kandas di Perairan Pulau Gililabak, Kecamatan Talango, pada Senin (31/10) malam sekitar pukul 19.00 WIB.
Hingga Selasa siang, tongkang bermuatan batu bara beserta kapal tunda penariknya tersebut masih berada di Perairan Pulau Gililabak.
"Kami kebetulan berada di Pantai Gililabak bersama kawan-kawan yang akan melakukan survei. Posisi kandasnya kapal itu memang di area terumbu karang yang selama ini menjadi lokasi 'snorkling' para wisatawan," kata Fadel, menerangkan.
Ia menjelaskan, evakuasi terhadap tongkang bermuatan batu bara dari lokasi kandasnya merupakan sebuah keniscayaan.
"Kami menduga proses evakuasi itu akan menambah kerusakan terumbu karang di Pantai Pulau Gililabak. Padahal, terumbu karang tersebut merupakan ikon Pantai Pulau Gililabak sebagai lokasi wisata bahari," ujarnya, menambahkan.
Ia berharap kandasnya kapal tunda di lokasi wisata di Sumenep merupakan kasus yang pertama kali sekaligus terakhir.
"Kami minta pemerintah daerah segera memasang tanda di setiap pantai yang menjadi lokasi wisata bahari supaya ketika ada kapal yang mengalami kerusakan tidak berlabuh sementara atau pun lego jangkar di kawasan tersebut," kata Fadel.
Di lambung kanan kapal tunda yang kandas di Perairan Pulau Gililabak tersebut terdapat tulisan: MDM Balikpapan Surabaya. (*)