Jakarta (ANTARA) - Wakil Menteri Ekonomi Kreatif Irene Umar membuka peluang untuk meluaskan ekspansi hak kekayaan intelektual atau Intellectual Property (IP) lokal animasi wayang atau Aniwayang by Desa Timun dengan menyediakan banyak aktivasi untuk pengembangan IP dan kemitraan kolaborator.
“Kementerian Ekraf akan mendorong rencana ke depan yang memungkinkan kolaborasi-kolaborasi bisa dicoba kembali untuk ekspansi IP ke pasar yang lebih baru, pengembangan konten yang lebih unik, dan pencarian kemitraan strategis dengan kolaborator lain,” ungkap Wamen Ekraf Irene dalam keterangan pers yang diterima, Kamis.
IP yang dikelola Intermedia Prima Vision (IPV) ini mencatatkan berbagai perkembangan positif, termasuk pencapaian tampil dalam festival internasional yaitu World Osaka Expo serta pelaksanaan program edukasi di lembaga pendidikan, Goethe Institute and IFI Bandung, untuk pengembangan ekosistem kreatif.
Sebagai langkah konkret dukungan terhadap produk dalam negeri, ‘Wayang in a Box’ versi Ekraf juga telah diperbarui dan didaftarkan masuk ke dalam sistem e-katalog pemerintah.
“Rencana strategis jangka panjang, IP lokal bukan hanya sekadar konten yang mencari pasar, tetapi harus menjadi sebuah solusi yang bisa scale up sehingga Aniwayang mampu produksi, distribusi, dan punya strategi lisensi untuk terus berada di pasar internasional dan makin dikenal secara nasional,” ujar Wamen Ekraf Irene.
IPV dikenal sebagai perusahaan manajemen lisensi yang mempunyai misi menghubungkan jenama dengan kekuatan cerita untuk menciptakan nilai komersial dari suatu IP.
Sejalan dengan misi tersebut, IPV menjalin kolaborasi strategis dengan Aniwayang Studio dan E-Motion Entertainment guna pengembangan potensi IP lokal sehingga mampu bersaing di pasar global.
“Kami cukup percaya diri untuk membesarkan IP Indonesia bukan hanya besar di negara sendiri, tetapi juga untuk go international. Kami merasa Aniwayang is something different yang mempunyai visi misi dan sesuatu yang sulit direplikasi negara lain karena ini bagian dari budaya Indonesia,” jelas Anastassia Florine Limasnax sebagai Direktur PT. Intermedia Prima Vision.
Senada dengan pernyataan tersebut, Founder and Creative Director Aniwayang Studio, Daud Nugraha menyatakan capaian IP “Desa Timun” setahun terakhir sangat didukung oleh Kementerian Ekraf sehingga perlu arahan untuk tahun depan sebagai langkah penguatan industri kreatif berbasis budaya melalui optimalisasi IP nasional dengan mengusung konsep STRONGER: Let’s March Together.
Salah satu aktivasi yang paling berkesan yaitu saat karakter Cila, Cili, dan Cilo dari Desa Timun diperkenalkan menjadi stiker dan mengisi kemeriahan momen Karnaval Kemerdekaan ke-80 RI sebagai identitas kreatif IP anak bangsa yang merefleksikan semangat inovasi lintas generasi.
“Tahun 2025, kami sudah membuktikan kalau Desa Timun berhasil mengemas ulang tradisi dan bisa dinikmati bukan hanya secara edukasi, tetapi juga menyenangkan dan menghibur untuk anak-anak. Dibawah naungan IPV yang memegang lisensi dari Aniwayang Studio untuk event, music, and merchandise. Tahun depan, kami akan bergabung untuk gerak bersama supaya membawa Desa Timun lebih besar dan lebih dikenal, baik nasional maupun internasional,” ucap Daud.
