Kediri (ANTARA) - Pemerintah Kota Kediri, Jawa Timur, mewaspadai dampak tingginya curah hujan yang terjadi dalam beberapa hari terakhir.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Kediri Joko Arianto mengemukakan berdasarkan data BMKG wilayah Kota Kediri mulai memasuki musim hujan pada pertengahan Oktober 2025 dan akan berlangsung hingga April 2026 dengan potensi curah hujan normal.
“Kondisi ini dipengaruhi oleh IOD negatif dari Samudra Hindia yang menyebabkan musim hujan lebih awal dan lebih panjang durasinya di sebagian wilayah Indonesia bagian barat,” katanya di Kediri, Jumat.
Pihaknya juga mengatakan untuk puncak musim hujan diperkirakan akan terjadi pada bulan Januari hingga Februari 2026.
Pemkot Kediri sudah melakukan langkah terkait dengan penanggulangan bencana. Dalam prosesnya, penanggulangan bencana mencakup tiga tahapan utama, yakni prabencana, keadaan darurat, dan pascabencana.
Dirinya menjelaskan, pada tahap prabencana, BPBD Kota Kediri berperan aktif melakukan koordinasi pencegahan melalui kegiatan mitigasi dan kesiapsiagaan.
"Salah satu langkah nyata yang telah dilakukan yakni melaksanakan kegiatan bersih-bersih sungai bersama relawan, OPD terkait dan warga sekitar guna mencegah terjadinya banjir,” kata dia.
Langkah mitigasi, kata dia, juga dilakukan di beberapa wilayah rawan banjir seperti Kelurahan Gayam, Ngampel dan Mojoroto dengan melibatkan masyarakat sekitar.
Selain itu, juga rutin menyelenggarakan simulasi kebencanaan di sekolah-sekolah, mulai dari tingkat dasar hingga menengah atas. Untuk peningkatan kapasitas, petugas BPBD juga mengikuti diklat agar lebih sigap dalam menghadapi bencana.
Selanjutnya pada tahap keadaan darurat, BPBD menjadi komando pelaksana penanggulangan bencana. Tim BPBD turun ke lapangan untuk melakukan pengecekan kondisi sejumlah titik yang rawan luapan air.
“Sementara pada tahap pascabencana, kami melakukan koordinasi, rehabilitasi dan rekonstruksi dengan melibatkan OPD terkait, tidak hanya untuk pembangunan fisik tetapi juga pemulihan kondisi psikologis masyarakat terdampak,” kata Joko.
Lebih lanjut, Joko mengatakan, ada beberapa potensi bencana di Kota Kediri, yakni banjir, cuaca ekstrem, gempa bumi, kekeringan, dan tanah longsor.
Untuk mempercepat respon terhadap kondisi darurat, Pemerintah Kota Kediri telah meluncurkan layanan darurat Lapor Mbak Wali 112 sebagai bagian dari Program 100 Hari Kerja Wali Kota Kediri.
“Layanan ini menjadi bukti nyata bahwa pemerintah hadir di tengah masyarakat, memberikan respons cepat dan tanggap terhadap setiap situasi darurat,” kata dia.
Pihaknya juga berharap seluruh unsur termasuk aparatur sipil negara (ASN) ikut membantu dalam penanggulangan bencana di setiap tahapnya. ASN diharapkan menjadi garda terdepan dalam melakukan mitigasi, penyelamatan, evakuasi, serta rehabilitasi bagi masyarakat terdampak.
Menurut dia, kesiapsiagaan adalah elemen penting sebagai bentuk tangguh menghadapi potensi bencana.
"Mari terus bergandeng tangan menghadapi dinamika cuaca untuk meminimalisasi dampak bencana dan memastikan keselamatan masyarakat,” kata Joko.
