Malang (ANTARA) - Pusat Penelitian Kebijakan Ekonomi (PPKE) Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Brawijaya menyatakan bahwa sektor pariwisata wilayah Malang Raya memiliki potensi menjanjikan dalam upaya mendukung langkah pemulihan ekonomi pasca-pandemi COVID-19.
Peneliti senior PPKE FEB Universitas Brawijaya Joko Budi Santoso kepada ANTARA di Kota Malang, Jawa Timur, Kamis mengatakan bahwa bergesernya pandemi menjadi endemi, memberikan dorongan kuat sektor pariwisata Malang Raya, untuk mengerek gerbong-gerbong ekonomi lain di wilayah tersebut.
"Bergesernya pandemi menjadi endemi memberikan dorongan yang lebih kuat bagi sektor pariwisata Malang Raya untuk mengerek gerbong-gerbong ekonomi di wilayah tersebut," kata Joko Budi.
Joko Budi menjelaskan, wilayah Malang Raya yang terdiri dari Kota Batu, Kota Malang dan Kabupaten Malang, masing-masing memiliki potensi pariwisata yang menjanjikan. Seperti Kota Batu, memiliki perpaduan wisata alam dan buatan yang menjadi magnet wisatawan.
Sementara Kabupaten Malang, destinasi pariwisata berbasis alam juga terus berkembang dan saat ini semakin dilirik oleh wisatawan. Untuk Kota Malang, dengan karakteristik wisata tematik dan heritage memperkokoh posisi Malang Raya sebagai destinasi wisata utama di Jawa Timur.
"Penikmat utama adalah Kota Malang. Sementara ini, dengan bergeliatnya pariwisata Malang Raya, Kota Malang mendapat keuntungan yang lebih besar dibandingkan dua daerah lainnya," katanya.
Ia menambahkan, keuntungan yang dirasakan Kota Malang saat ini tidak lepas dari kebijakan pemerintah daerah yang bisa memanfaatkan peluang dengan memberikan insentif fiskal kepada dunia usaha, khususnya penyedia akomodasi seperti perhotelan dan restoran.
Dengan adanya insentif fiskal tersebut, mendorong para wisatawan untuk lebih memilih bermalam di Kota Malang karena tarif hotel dan kuliner yang lebih kompetitif. Hal itu tercermin dari tingkat okupansi hotel di wilayah Kota Malang.
"Hal ini dibuktikan dengan tingkat okupansi hotel di Kota Malang rata-rata di kisaran 50-60 persen, lebih tinggi dari Kota Batu yang pada kisaran 40 persen," katanya.
Secara garis besar, lanjutnya, sektor pariwisata akan menjadi lokomotif pemulihan ekonomi Malang Raya pasca-pandemi, termasuk ancaman melambatnya beberapa sektor seperti industri manufaktur di tengah ketidakpastian perekonomian global yang masih tinggi.
Dengan potensi yang menjanjikan tersebut, tiga wilayah tersebut masing-masing memiliki pekerjaan rumah untuk terus mengoptimalisasi sektor pariwisata dalam upaya untuk mendukung pemulihan ekonomi.
Untuk wilayah Kabupaten Malang, lanjutnya, dengan perekonomian berbasis pertanian dan masyarakat pedesaan, dinilai perlu untuk memprioritaskan belanja daerah untuk pengembangan infrastruktur untuk meningkatkan konektivitas dan aksesibilitas antar daerah.
"Sehingga mobilitas manusia dan faktor produksi menjadi lebih efisien, yang pada akhirnya mendorong sektor pertanian dan pendapatan petani meningkat lebih tinggi serta aksesibilitas ke destinasi wisata menjadi lebih mudah bagi wisatawan," katanya.
Sementara untuk Kota Malang dan Kota Batu, diharapkan bisa lebih fokus di dalam memberikan skema kebijakan insentif fiskal serta kemudahan perizinan, mengingat para pelaku usaha atau dunia usaha membutuhkan kepastian terhadap dua aspek tersebut.
Selain itu, tiga wilayah tersebut juga perlu mengembangkan diversifikasi atraksi pariwisata sesuai dengan potensi masing-masing daerah. Sejumlah sektor yang bisa dikembangkan tersebut antara lain adalah, sport tourism, health tourism dan halal tourism.
"Wisata tersebut semakin diminati tidak hanya wisatawan nusantara, tetapi juga wisatawan mancanegara. Tentunya, hal ini harus didukung dengan berbagai upaya standardisasi, baik pada pelaku pariwisata maupun produk pendukung pariwisata," katanya.