Surabaya (ANTARA) -
Pancasila merupakan ideologi pemersatu bangsa yang digali dari akar budaya bangsa Indonesia yang mengandung nilai-nilai luhur yang dijunjung tinggi oleh seluruh bangsa Indonesia.
Nilai-nilai luhur yang terkandung mulai dari nilai-nilai agama, adat istiadat, kebersamaan, kesetaraan, keadilan, maupun perjuangan untuk melepaskan diri dari segala bentuk penjajahan.
Nilai-nilai luhur ini mengkristal dalam rumusan Pancasila sebagai perwujudan filsafat kemanusiaan yang mencerminkan hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia dan manusia dengan lingkungan alam sekitarnya.
Falsafah Pancasila ini merupakan suatu pandangan hidup yang telah diyakini bangsa Indonesia sebagai suatu kebenaran oleh karena itu dijadikan falsafah hidup bangsa.
Indonesia adalah negara yang memiliki keberagaman suku, agama, budaya, dan bahasa, namun tetap menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan. Hal ini tercermin dalam semboyan Bhinneka Tunggal Ika "Berbeda-beda tetapi tetap satu".
Keragaman budaya di Indonesia merujuk pada keberagaman dan kekayaan budaya yang dimiliki oleh bangsa Indonesia dengan lebih dari 300 kelompok etnis dan lebih dari 700 bahasa daerah, sehingga memiliki keragaman budaya yang sangat besar.
Keragaman budaya di Indonesia mencakup berbagai aspek, seperti bahasa, adat istiadat, seni, makanan dan agama. Untuk itulah seluruh elemen masyarakat diharapkan dapat meningkatkan toleransi keragaman budaya untuk memperkuat identitas bangsa.
Dalam mengelola keragaman budaya, tentu perlu campur tangan pemerintah untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam memupuk rasa persatuan dan kesatuan dan menumbuhkembangkan nilai-nilai kebangsaan.
Dengan menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan seluruh elemen bangsa Indonesia dapat mengatasi perbedaan, meningkatkan stabilitas, serta membangun bangsa.
Persatuan dan kesatuan kunci keberhasilan Indonesia dalam menghadapi tantangan dan mencapai tujuan nasional. Untuk menumbuhkembangkan rasa persatuan dan kesatuan dalam keberagaman Indonesia, bisa dilakukan dengan menghargai perbedaan.
Selain itu, juga meningkatkan kesadaran nasional, mengembangkan empati, mengadakan kegiatan bersama, menggunakan bahasa Indonesia, menghormati simbol nasional, meningkatkan partisipasi masyarakat dan mengembangkan pendidikan karakter.
Di tengah keberagaman Indonesia itu, pada 23 April 2025, seluruh Ummat Hindu di Indonesia, sedang merayakan Hari Galungan.
Dari konsepsi lontar Sundarigama, Galungan sebagai perayaan atas kemenangan dharma melawan adharma. Sehingga, bisa disimpulkan Galungan merupakan perayaan untuk menyatukan kekuatan rohani agar mendapat pikiran dan pendirian yang terang.
Secara etimologi, Galungan memiliki arti "bertemu" atau "bersatu," yang melambangkan bersatunya kekuatan rohani dalam diri manusia untuk mencapai kemenangan kebaikan.
Umat Hindu percaya bahwa pada hari Galungan, para leluhur akan turun ke bumi untuk memberikan berkat dan perlindungan.
Rangkaian perayaan Galungan dimulai dengan Penampahan Galungan, yang jatuh sehari sebelum hari raya utama. Pada hari ini, umat Hindu melakukan penyembelihan hewan sebagai simbol pengendalian diri terhadap sifat-sifat buruk dan sebagai persembahan.
Setelah merayakan kemenangan dharma, umat Hindu melanjutkan sukacita dengan Umanis Galungan pada 24 April 2025. Pada hari ini, umat Hindu biasanya bersilaturahim mengunjungi keluarga dan kerabat.
Sepuluh hari setelah Galungan, umat Hindu merayakan Hari Raya Kuningan, yang jatuh pada 3 Mei 2025. Kata Kuningan dipercaya berasal dari kata kuning, yang melambangkan kemuliaan dan kesejahteraan.
Pada hari Kuningan, umat Hindu memohon keselamatan, kemakmuran, dan perlindungan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa beserta para Dewata.
Perayaan Kuningan sebagai momen untuk memohon keselamatan, kedirgayusan, perlindungan dan tuntunan lahir batin kepada para Dewa, Bhatara, dan Pitara.
Selain perayaan pada April-Mei, umat Hindu juga akan merayakan Galungan dan Kuningan yang kedua pada tahun 2025, dimana Hari Raya Galungan kedua akan jatuh pada 19 November 2025.
Sementara Hari Raya Kuningan kedua akan dirayakan pada 29 November 2025.
Tentu kita semua yang ada di bumi tercinta Indonesia, berharap saudara-saudara kita yang merayakan Hari Raya Galungan untuk dapat mempersiapkan diri dengan baik dalam menyambut dan melaksanakan rangkaiannya.
Perayaan ini diharapkan dapat mempererat tali persaudaraan, meningkatkan kesadaran spiritual, serta memohon keberkahan dan kedamaian bagi seluruh alam semesta di bumi tercinta Indonesia.
Rahajeng nyanggra rahina Galungan lan Kuningan. Dumogi Ida Sang Hyang Widhi ngicen kerahajengan lan kerahayuan ring iraga sareng sami.
*) Prof. Dr. Mia Amiati, SH, MH, CMA, CSSL. adalah Komisaris Bank Mandiri