Surabaya (ANTARA) - Universitas Airlangga Surabaya menambah empat guru besar baru melalui prosesi pengukuhan yang dilakukan Rektor Prof. Mohammad Nasih di Aula Garuda Mukti Unair, Rabu.
Keempat guru besar yang dikukuhkan adalah Prof. Dr. Lilik Maslachah dari Fakultas Kesehatan Hewan (FKH), Prof. Hadi Shubhan (Fakultas Hukum), Prof. Dr. Ahmad Yudianto (Fakultas Kedokteran), dan Prof. Rahma Sugihartati (Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik/FISIP).
"Inklusivitas ilmu itu adalah keniscayaan dan keharusan. Terlebih dalam beberapa tahun terakhir, Unair selalu mengupayakan kerja sama antar bidang ilmu baik di lingkup internal maupun eksternal kampus," kata Nasih saat sambutan.
Nasih mengapresiasi orasi dan riset Prof. Lilik Maslachah dari Fakultas Kesehatan Hewan (FKH) yang menyoroti penyakit malaria dan obatnya.
"Padahal, penyakit dan masalah obat-obatan itu adalah domain fakultas kedokteran. Begitu pula guru besar baru kita Profesor Hadi Shubhan dari fakultas hukum," ucapnya.
Hadi menyampaikan orasi mengenai kepailitan. Ia menyinggung banyak aspek ekonomi terkait akuntansi, aset, hingga solvabilitas. Riset tersebut menjadi wujud kolaborasi keilmuan yang sangat baik antara FH dan Fakultas Ekonomi Bisnis (FEB).
Hal senada juga terlihat pada orasi dua guru besar baru yang lain, yakni Prof. Ahmad Yudianto dari Fakultas Kedokteran (FK) dan Prof. Rahma Sugihartati dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP).
Prof Yudi berbicara terkait aspek-aspek hukum dalam proses identifikasi. Sementara orasi Prof Rahma menyinggung aspek informasi dalam ilmu perpustakaan.
"Momen pengukuhan ini menunjukkan bahwa tak ada lagi bidang ilmu yang eksklusif. Eksklusivitas bidang ilmu di UNAIR telah terkikis, sehingga kini kerja sama antar bidang bisa terbina dengan baik dan lebih terbuka," tutur Prof. Nasih.
Selain inklusivitas ilmu, Prof. Nasih juga mengapresiasi upaya guru besar untuk mengaplikasikan teknologi dalam riset. Ia menekankan bahwa kini semua bidang ilmu dituntut memanfaatkan teknologi untuk mengoptimalkan fungsi keilmuan.
"Lewat teknologi, bahan-bahan natural dan tradisional bisa dimaksimalkan potensi dan manfaatnya seperti pada riset Prof Lilik. Begitu pula pada pemanfaatan teknologi dalam identifikasi DNA, kepailitan, maupun ilmu sains informasi," ujarnya.
Nasih berharap riset interdisiplin mampu terus diimplementasikan oleh seluruh civitas akademika Unair. Hal tersebut juga menjadi tuntutan utama bagi para guru besar baru karena otoritas keilmuan yang mereka miliki.
"Empat guru besar akan menambah energi dan semangat kami untuk terus maju. Memberi kontribusi signifikan bagi kemanusiaan manusia baik secara nasional maupun global," katanya.
