Sampang, Jatim (ANTARA) - Bupati Sampang Slamet Junaidi menyatakan pemkab menunggu keputusan Pemerintah Provinsi Jatim soal pemulangan pengungsi mantan pengikut ajaran Islam Syiah dari Rusunawa Jemundo, Sidoarja, ke Kabupaten Sampang.
"Soal penjemputan mantan pengikut Syiah ini kami sudah siap. Tapi, kami masih menunggu keputusan lebih lanjut dari Pemprov Jatim," katanya di Sampang, Ahad, saat menjelaskan tindak lanjut pemulangan mantan pengikut ajaran Islam Syiah itu.
Berdasarkan informasi awal, jadwal penjemputan warga Sampang yang menjadi korban konflik SARA tersebut direncanakan pada pekan kedua Januari. Namun hingga kini kabar kepastian penjemputan belum ada kejelasan.
Padahal, kata dia, seluruh jajaran di tingkat bawah mulai dari tim 5 yakni tokoh masyarakat, tokoh agama, perangkat desa, hingga ulama, telah siap menerima kepulangan mereka ke kampung halaman.
Menurut "Haji Idi" sapaan karib Bupati Sampang Slamet Junaidi, pemerintah daerah sudah memiliki konsep matang dalam rencana penjemputan. Nantinya, perwakilan warga Sampang akan menjemput mantan pengikut Syiah ke Sidoarjo.
Dalam proses pemulangan itu akan mampir di Pendopo Trunojoyo Jalan Wijaya Kusuma, Sampang. Total tahap I proses pemulangan ini akan diikuti sebanyak 26 kepala keluarga atau 104 jiwa.
"Ini harus ada rapat bersama antara unsur pimpinan daerah dengan pemerintah provinsi, tapi sampai saat ini kita belum diundang lagi untuk merumuskan proses penjemputan, agenda awal memang paling lambat tanggal 20 Januari 2022," katanya.
Bupati lebih lanjut menyatakan, jika Pemprov Jatim belum juga merespon keinginan ini, maka pemerintah daerah akan tetap memulangkan mantan pengikut Syiah ke Sampang.
Mengingat ratusan jiwa warga Sampang yang menjadi korban konflik sosial itu juga menjadi tugas dan kewenangan bersama.
"Kalau kita hanya nunggu terus kapan terealisasinya, kita tetap memulangkan mereka karena yang tau situasi dan kondisi dibawah iya kita di Sampang ini," katanya.
Pemkab Sampang, sambung bupati, tidak hanya siap memfasilitasi pemulangannya saja, akan tetapi mereka juga dipersiapkan bantuan program pembangunan rumah layak huni (RLH).
Kemudian, minimal setiap kepala keluarga (KK) diusulkan mendapat pekerjaan di industri pabrik demi membantu kebutuhan ekonomi sehari-hari.
"Jika pihak provinsi masih ada tarik ulur, kami akan ambil alih seluruhnya mulai dari proses pemulangan bahkan siap memakai dana pribadi," katanyat.
"Ini bukan menjadi tanggungjawab daerah saja, melainkan provinsi karena Sampang masih bagian dari Jawa Timur sebagai bentuk koordinasi pemerintah tingkat II ke tingkat I," tambah Slamet Junaidi.
Konflik antara Syiah dan Sunni telah berakhir damai, setelah semua pengikut Syiah berbaiat untuk kembali memeluk ajaran Islam Sunni pada November 2020.
Konflik bernuansa SARA antara Syiah dan Sunni di Sampang, Madura, Jawa Timur itu terjadi pada tahun 2012 hingga akhirnya para korban ini diungsikan di Rusunawa, Jemondo, Sidoarjo, Jawa Timur.
Komunitas Syiah Sampang ini diusir dari kampung halaman mereka di Desa Karang Gayam, Kecamatan Omben dan Desa Blu`uran, Kecamatan Karang Penang, Sampang oleh sekelompok massa anti-syiah, lantaran berbeda paham dengan mayoritas penganut Islam di wilayah itu.
Sebelum diungsikan ke Sidoarja, korban penyerangan kelompok anti-Syiah ini terlebih dahulu diungsikan oleh Pemkab Sampang ke Gedung Olahraga (GOR) Wijaya Kusuma.
Atas desakan kelompok mayoritas, maka pada 20 Juni 2013, kelompok Islam Syiah ini akhirnya dipindah ke Rusunawa, Jemondo, Sidoarjo, Jawa Timur.
Pemerintah Kabupaten Sampang sebelumnya menyatakan, pengungsian kelompok Islam minoritas di Sampang ke Sidoarjo itu, hanya sementara, namun hingga kini masih tetap tinggal di pengungsian.
Kala itu, jumlah total warga Syiah yang diungsikan sebanyak 338 orang, terdiri dari 81 kepala keluarga.