Jember (Antara Jatim) - Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Kabupaten Jember, Jawa Timur memprediksi inflasi pada bulan September 2017 di wilayah setempat berkisar 0,4 persen hingga 0,14 persen secara bulanan (month to month).
"Diperkirakan pada September 2017 terjadi inflasi mengingat periode masa panen telah berakhir sehingga berdampak kepada terbatasnya pasokan komoditas pangan dan hortikultura strategis, serta perkiraan terjadinya gelombang tinggi yang berdampak kepada terbatasnya pasokan komoditas perikanan," kata Wakil Ketua TPID Jember Achmad Bunyamin di Jember, Kamis.
Ia mengatakan pada bulan September 2017, Kabupaten Jember mengalami inflasi di kisaran 0,04 persen (mtm) hingga 0,14 persen (mtm) atau secara tahunan sebesar 3,66 persen (yoy) hingga 3,76 persen (yoy).
"Beberapa faktor pendorong inflasi yakni rIsiko berkurangnya pasokan komoditas pangan dan hortikultura strategis mengingat sebagian besar telah memasuki masa tanam," tuturnya.
Selain itu, biaya pendidikan khususnya perguruan tinggi masih akan berdampak pada periode bulan September 2017 dan perkiraan terjadinya gelombang tinggi air laut yang berdampak kepada terbatasnya jumlah pasokan komoditas perikanan juga berpengaruh terhadap pemicu inflasi bulan September di Jember.
"Potensi kenaikan harga bahan bakar rumah tangga yakni elpiji ukuran 3 kilogram pada akhir triwulan III/2017 juga menjadi faktor pendorong inflasi di Jember pada September mendatang," katanya.
Sementara faktor penahan inflasi, lanjut dia, pola konsumsi masyarakat kembali normal setelah Hari Raya Idul Adha dan kondisi cuaca diperkirakan cukup kondusif untuk mendukung produksi pangan yang menurut prakiraan BMKG, terutama musim tanam September 2017.
"Antisipasi yang dilakukan TPID untuk menjaga supplai air mengantisipasi musim kemarau juga dapat menahan laju inflasi di Jember," ujarnya.
Sebelumnya Badan Pusat Statistisk (BPS) Jember menyampaikan Kabupaten Jember pada bulan Agustus 2017 mengalami deflasi sebesar 0,09 persen yang merupakan deflasi terendah se-Jawa Timur, bahkan angka deflasi tersebut lebih rendah dibandingkan deflasi Jawa Timur sebesar 0,25 persen.
"Komoditas yang memberikan andil besar terjadinya deflasi adalah bawang merah, beras, wortel, bawang putih, tarif kereta api, telepon seluler, gula pasir, tomat sayur, telur ayam ras, dan angkutan antarkota," kata Kepala BPS Jember Indriya Purwaningsih.(*)