Jakarta (ANTARA) - Petenis nomor satu dunia Aryna Sabalenka menambah satu gelar lapangan keras lagi ke dalam daftar keunggulannya di lapangan tersebut dengan merebut gelar Miami Open untuk pertama kalinya dengan kemenangan 7-5, 6-2 atas peringkat empat Jessica Pegula di final, Sabtu (29/3) waktu setempat atau Minggu WIB.
Dalam pertandingan ulang final US Open tahun lalu itu, Sabalenka membutuhkan waktu satu jam 28 menit untuk mengalahkan petenis Amerika tersebut dan merebut gelar, sekaligus memperlebar keunggulan head-to-head-nya atas Pegula menjadi 7-2.
Keberhasilan itu adalah kemenangan besar bagi Sabalenka, yang menderita kekalahan tipis di dua final terakhirnya, di Australian Open dari Madison Keys dan di Indian Wells dari Mirra Andreeva.
"Akhirnya saya mampu memainkan permainan tenis terbaik saya di final, dan saya sangat senang dengan hasil dan penampilan ini," kata Sabalenka seusai laga, seperti disiarkan WTA, Minggu.
Sabalenka kini telah meraih delapan gelar tunggal WTA 1000 dalam kariernya, menyamai total gelar Maria Sharapova. Petenis yang mengunggulinya dalam hal gelar WTA 1000, sejak tingkatan tersebut dibuat pada 2009, adalah Serena Williams (13), Victoria Azarenka (10), Iga Swiatek (10), Simona Halep (9), dan Petra Kvitova (9).
Secara keseluruhan, Sabalenka memenangi gelar tunggal WTA Tour ke-19 dengan menang di Miami. Sebanyak 17 dari 19 gelar yang ia raih terjadi di lapangan keras, termasuk ketiga gelar tunggal Grand Slam-nya -- Australian Open 2023, Australian Open 2024, dan US Open 2024.
Namun yang mengejutkan, Sabalenka belum pernah memenangi gelar lapangan keras yang merupakan bagian dari Sunshine Double. Ia adalah runner-up dua kali di BNP Paribas Open di Indian Wells (termasuk awal bulan ini) dan belum pernah mencapai final Miami Open hingga akhirnya menjadi juara Miami Open.
"Memasuki pertandingan ini, saya memiliki mentalitas bahwa apa pun yang terjadi, jika ia akan mematahkan servis saya, saya memiliki mentalitas untuk bertahan di sana, untuk fokus pada diri sendiri, untuk berjuang demi setiap poin apa pun yang terjadi," kata Sabalenka.
"Sejujurnya, saya tidak ingin kalah di final lagi. Sangat sulit untuk kalah di final. Jadi, jika seseorang berkata demikian, saya akan berkata, 'Oke, ini akan menjadi pertarungan, saya siap untuk itu.'"
Sabalenka kehilangan keunggulan awal saat Pegula memenangi tiga gim berturut-turut untuk memimpin 3-2. Namun, set pertama yang saling serang terus berlanjut dengan Sabalenka mendominasi tiga gim berikutnya untuk melakukan servis demi menutup set tersebut pada kedudukan 5-3.
Terjadi perubahan lain saat Pegula melakukan servis yang buruk, tetapi pada kedudukan 6-5, Sabalenka melakukan permainan yang dominan. Petenis nomor satu dunia itu melakukan tiga pukulan winner berturut-turut untuk mendapatkan tiga set point, kemudian melepaskan pukulan forehand untuk menutup set tersebut.
Skor 2-1 terbukti menjadi titik kritis di set kedua. Pegula bangkit dari ketertinggalan 0-40 untuk melakukan deuce, tetapi Sabalenka melakukan pukulan forehand winner pada dua poin berikutnya untuk mendapatkan break menjadi 3-1. Dari sana, unggulan teratas itu dengan mudah berjalan untuk mengangkat trofi.