Jember, Jawa Timur (ANTARA) - Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Jember Tri Erwandi mengingatkan Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) mewaspadai dampak kenaikan harga bahan bakar dan minyak (BBM) nonsubsidi.
"Kenaikan harga BBM nonsubsidi tetap bisa mempengaruhi laju inflasi, sehingga hal tersebut harus diwaspadai dan dampaknya bisa berpengaruh pada inflasi bulan berikutnya," kata Tri Erwandi di Kabupaten Jember, Kamis.
Pertamina kembali menaikkan harga BBM nonsubsidi mulai 1 Maret 2023 yakni harga BBM Pertamax naik Rp500 per liter dari Rp12.800 menjadi Rp13.300 per liter di Pulau Jawa, kemudian harga BBM Pertamax Turbo naik Rp750 per liter, dari sebelumnya Rp14.850 menjadi Rp15.100 per liter di Pulau Jawa.
"Meskipun naiknya sedikit, bobotnya dalam andil laju inflasi cukup besar, sehingga hal itu harus diwaspadai oleh TPID agar tidak terlalu signifikan mempengaruhi laju inflasi pada Maret 2023," tuturnya.
Ia menjelaskan BBM merupakan kelompok administered price karena harganya diatur oleh pemerintah dan bagian dari konsumsi masyarakat, sehingga dapat menggerakkan laju inflasi.
"Masyarakat yang memiliki kendaraan berbahan bakar pertamax harus berhemat dalam menggunakan BBM nonsubsidi, sehingga konsumsinya dapat dikendalikan," katanya.
Ia berharap semua pihak dapat ikut serta mengendalikan laju inflasi karena biasanya kenaikan inflasi akan meroket pada Ramadhan dan Lebaran, sehingga perlu dilakukan antisipasi oleh TPID.
Kabupaten Jember pada Februari 2023 mengalami inflasi month to month (mtm) sebesar sebesar 0,18 persen, angka tersebut melampaui inflasi Jawa Timur yang tercatat sebesar 0,10 persen dan inflasi nasional 0,16 persen.
Lima komoditas yang dominan memberikan andil inflasi mtm yakni rokok kretek filter sebesar 0,07 persen; beras 0,07 persen; bawang putih sebesar 0,03 persen; cabai rawit sebesar 0,03 persen; dan bawang merah sebesar 0,02 persen.