Blitar (ANTARA) - Perum Jasa Tirta (PJT) I mengungkapkan bahwa flushing di Bendungan Wlingi dan Lodoyo, Kabupaten Blitar, Jawa Timur untuk mengurangi sedimentasi (endapan lumpur atau sedimen) sehingga daya tampung lebih maksimal.
Vice Presiden Regional 1 Perum Jasa Tirta I Ganindra Adi Cahyono mengemukakan kapasitas atau daya tampung dari waduk perlu dijaga sehingga dilakukan dengan flushing atau penggelontoran sedimen waduk ini (masyarakat menyebut pladu).
"Manfaat dari kegiatan flushing ini utamanya menjaga volume kapasitas tampungan air waduk. Kalau dilihat masyarakat dengan kearifan lokalnya memanfaatkan kegiatan ini untuk mendapatkan tambahan pendapatan dari ikan yang mudah ditangkap," katanya di Blitar, Minggu.
Ia mengatakan flushing rutin dilakukan setiap tahun. Namun, saat pandemi COVID-19, kegiatan ini tidak dilakukan sehingga dampaknya terasa.
Saat pandemi COVID-19, flushing dihentikan dua tahun sehingga sedimen keras. Hal itu juga bisa berpengaruh pada berbagai sektor, baik untuk pembangkit listrik, layanan air baku untuk industri, maupun irigasi.
Dalam flushing, Jasa Tirta I menempatkan enam ekskavator di Bendungan Wlingi dan dua unit di Bendungan Lodoyo, untuk membantu menyingkirkan endapan yang mulai mengeras.
Kepala Sub Divisi Operasi dan Pemeliharaan WS Brantas 1 Perum Jasa Tirta I Sucipto Eko Pranoto menambahkan untuk persiapan flushing sudah dilakukan koordinasi dengan berbagai pihak, termasuk PLTA dan himpunan petani pemanfaat air.
Ia menyebut air dari bendungan ini bisa mengaliri 13 ribu hektare lahan pertanian di Kabupaten Blitar dan Tulungagung, sehingga volume harus terus dijaga.
Kegiatan flushing, kata dia, selama satu pekan, 27 April 2025 hingga 3 Mei 2025. Dalam realisasinya, pintu air di Bendungan Wlingi dan Lodoyo, Kabupaten Blitar dibuka semua dan bertahap sehingga flushing bisa lebih optimal.
"Tiga pintu (Bendungan Wlingi) dibuka semua dan bertahap. Kami pastikan keamanan juga, karena jika turun terlalu banyak stabilnya akan terganggu, terus juga mencari aman untuk hulu. Jika besar hilir juga besar (airnya)," kata dia.
Pihaknya menyebut Bendungan Wlingi selesai dibangun dan beroperasi pada 1980, awalnya bisa menampung hingga 5,2 juta meter kubik air. Namun, dalam perjalanannya terjadi endapan material yang keras sehingga flushing dilakukan.
Sebelum flushing dilakukan pada 2025, kapasitas atau daya tampung tinggal 2,4 juta meter kubik. Setelah flushing diharapkan ada penambahan volume sedimen sekitar 300 ribu meter kubik sehingga minimal volume menjadi 2,7 juta meter kubik.
Hal yang sama juga dilakukan di Bendungan Lodoyo, yang diharapkan bisa ada penambahan volume hingga 200 ribu meter kubik. Kapasitas awal Bendungan Lodoyo sekitar 5,1 juta meter kubik dan saat ini volume sekitar 2,1 juta meter kubik atau sekitar 45 persen.
Dengan flushing diharapkan ada penambahan volume 200 ribu meter kubik sehingga daya tampung minimal bisa 2,3 juta meter kubik.
Ia menambahkan saat flushing dilakukan dari sektor lainnya juga melakukan perawatan misalnya dari PLTA Wlingi dan Lodoyo sehingga jika ada temuan kerusakan segera diperbaiki, termasuk di PLTM Lodagung yakni pembangkit listrik tenaga mikrohidro (PLTMH) yang dibangun dan dioperasikan oleh Perum Jasa Tirta I.