Surabaya (ANTARA) - Alhamdulillah kita panjatkan syukur ke hadirat Allah SWT atas karunia dan rahmat-Nya sehingga kita bisa menjadi bagian dari Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) pada usianya yang ke-25 (19 November 2000-2024).
Banom Nahdlatul Ulama (NU) tempat berhimpunnya sarjana, cendekiawan ini adalah banom andalan. Ada peneliti, ribuan profesional handal untuk bisa bekerjasama, berkolaborasi dan ikut menyusun kemajuan masa depan (future development), dan mendukung dan mematangkan keberhasilan NU yang telah melewati dinamika lebih dari Satu Abad.
Syarat utama nidhomiyah (tata kelola dan keorganisasian) ISNU kuat adalah bila pengurusnya aktif, bersungguh sungguh, mau sedikit berkorban waktu, fokus proses dan hasil, mengurus tata kelola, sistem administrasi, sistem pengkaderan dan digital platformnya untuk menghimpun dan optimalisasi kecendekiaan dan kepakaran anggotanya yang melimpah ini.
Sarjana ISNU itu melimpah, sebab sejak Hadratussyaich M Hasyim Asyari (1871-1946), KH Wahab Hasbullah(1888-1971), KH Bisri Syansuri (1886-1980) beliau mengkader anak cucu, menantu dan dan santri santrinya sebagai orang orang orang alim yang bisa jadi sama bahkan melebihi ilmunya sarjana masa kini. Jadi, walaupun ISNU lahir 25 tahun lalu, aslinya sejak tahun 1926 atau sebelumnya NU itu nyatanya berisi cendekiawan fiqih, cendekiawan ushul fiqih, cendekiawan hadits, cendekiawan tafsir, cendekiawan tarihul Islam dan sejarah peradaban, penggerak sosial, bahkan pahlawan pembela keadilan.
‘Tidak dapat dipungkiri bahwa ISNU adalah harapan bagi NU, harapan bagi anggotanya yang telah terkumpul maupun sarjana NU non aktivis namun ingin mendekat dan berkolaborasi di ISNU.Tidak ada Ormas Islam lain yang memiliki kekuatan cendekiawan yang terkumpul seperti yang NU miliki. ISNU menemukan momentumnya yang baik di kala gerbong NU sudah mulai penuh sesak karena kadernya yang melimpah. Juga karena ponpes-ponpes sekarang maju pesat dan perguruan tinggi NU sangat semarak bergerak maju.
Pada harlah ke-25 ini, PP ISNU mengambil tema “Mengabdi Tiada Henti Untuk Ummat dan Negeri”. Tema yang merujuk optimisme dan ketangguhan organisasi ini menuju tujuan didirikannya rumah bagi para cendikia ini. ISNU mungkin harus memikir dan reorientasi ulang karena rasanya masih belum membuktikan perannya meniti jalan kemajuan yang melampaui visi misinya juga untuk ummat dan bangsa.
Walau sudah 25 tahun, belum terlihat transformasi ide sebagaimana yang dilakukan oleh para muassis NU muda, atau belum “mirip” tak sepadan dengan apa yang dilakukan KH Abdurrahman Wahid muda yang telah meletakkan dasar pikiran maju, berani dan diakui dunia internasional dan dunia Islam.
ISNU butuh kapitalisasi potensi. Kader terbaik ISNU butuh kesungguhan menata kelola organisasi, memulai gerakan pemikiran baru untuk menyongsong abad kedua seperti yang telah dikuatkan oelh NU juga belum tampak. Kemajuan nidhomiyah ISNU wasilah dan thoriqoh tercapainya sebagian tujuan ideal bagi organisasi tercinta ini.
Dalam catatan saya, diresmikannya pengurus dan pelantikan oleh Pengurus Pusat, Pengurus Wilayah, Pengurus cabang, lalu berdirinya Pengurus Cabang Khusus di kampus-kampus besar seperti apa yang ada di PW ISNU Jawa Timur masih sebatas kebanggaan pesatnya jumlah kepengurusan.
Rata-rata Wilayah, canang dan cabang Istimewa belum punya kantor mandiri, rata-rata belum punya kendaraan operasional yang baik, rata-rata belum punya platform academic development, rata-rata mungkin kurang dari 3 kali pertemuan pengurus harian dalam sebulan, rata-rata masih seperti kebiasaan lama menjadi pengurus IPNU, IPPNU dan PMII sebelumnya yang masih sangat muda.
Kongres III ISNU
Tema “Terus Mengabdi Tanpa Henti Untuk Ummat dan Negeri” bisa dicapai apabila ISNU telah secara sistemik memiliki kemajuan bidang tata kelola ekonomi, bidang ilmu pengetahuan dan teknologi dan sanggup menjadi backbone atau pilar utama bagi bangsa Indonesia dan Islam Indonesia serta tatanan dunia yang bermartabat dan unggul.
Sebagai pribadi yang sedang berkhidmad melalui ISNU dan untuk ISNU dan ikut “menikmati” fasilitas persahabatan dan berkah penghormatan dari kolega luar dan sahabat sahabat sebaya, saya sungguh ingin mengajak diri saya untuk introspeksi, jangan-jangan kita ini belum seperti standar minimal yang diharapkan, alias belum maksimal.
Dari pergaulan dan pengamatan saya yang cukup lama itu saya ikut merasakan dan menjadi saksi semangat anggota untuk menjadi pengurus ISNU, semangat berkhidmad, semangat untuk menjadi kelompok strategis NU. Namun masih banyak pekerjaan lanjutan. Perlu design transformasi kelembagaan, pengkaderan, penguatan kerjasama, penguatan trust bahwa sarjana itu mestinya level lebih tinggi, lebih canggih dan tersistem.
Agenda-agenda besar ini bisa kita rembuk/bahas dalam Kongres III yang dilaksanakan di Balikpapan, Kalimantan Timur pada 29-30 November 2024. Dipastikan, banyak Dewan Penasehat, Dewan Ahli, Pengurus Pusat, Pengurus Wilah dan Pengurus Cabang yang akan hadir menyemarakkan kongres lima tahunan. Apabila ditanya hal hal kecil dan bisa menjawab dengan baik maka agenda itu bisa menunjukkan sukses kongres.
Misalnya ada Ka Prodi yang lulusan ponpes NU menelepon, ada Rektor perguruan tinggi negeri yang keluarganya NU, punya ponpes datang ke kantor, ada Dirjen Kementerian kepingin dan ada lulusan terbaru Universitas NU yang ingin jadi pengurus Cabang atau wilayah. Sudah adakah sistem untuk kader- kader luar itu sebagai anggota pengurus ISNU ? Adakah jawaban sama antara pengurus satu dengan lainnya.
Lalu semisal ada kolega yang penelitian; lalu ingin belajar tata kelola dan mendata asset ISNU dan bertanya dimana biasa pertemuan dan rapat rapat dilaksanakan?. Kalau bisa menjawab hal hal kecil ini maka ISNU sudah mulai maju. Kalau hanya sebut tokoh ISNU yang hebat belumlah disebut maju.
Saya juga ingin mengucapkan selamat kepada PP ISNU yang telah berkhidmad selama ini. Saya akan mengajak pengurus lain terus berjuang untuk meningkatkan peran di bidang pembangunan peradaban unggul atau mutammaddin. Masyarakat dan pimpinan ummat juga sudah mengakui, bahkan diakui oleh dunia sebagai organisasi keagamaan dan sosial yang sangat besar perannya di bidang penguatan nilai kemanusiaan dan nilai kebangsaan, serta nilai perdamaian dunia.
Langkah strategis pengkaderan juga sebaiknya menjadi program utama ke depan. Di pundak ISNU ada masa depan peradaban yang unggul, penguasaan ilmu dan teknologi, berperan dalam perjuangan kejayaan ummat dan bangsa.Dalam situasi kebangsaan yang sekarang ini semua jajaran pengurus diharapkan untuk tetap menekankan pentingnya memperkuat persatuan dan kesatuan dalam rangka meneguhkan visi misi ISNU. Selamat Milad ISNU tercinta. (*)
------------------------
*) Penulis adalah Ketua PW ISNU Jawa Timur. Guru Besar Ilmu Pemerintahan yang alumni The Flinders University, Australia (2006)