Surabaya (ANTARA) - Direktur Utama Perum Bulog Bayu Krisnamurthi menyebut kenaikan beras di pasaran juga terjadi di seluruh dunia akibat badai El Nino yang berpengaruh terhadap produksi.
"Kondisi El Nino juga berpengaruh terhadap produksi beras. Menurut data BPS produksi beras di Indonesia November dan Desember mengalami defisit. Bahkan hingga Januari kemungkinan (produksi beras) masih defisit. Inilah yang menyebabkan harga menjadi naik," katanya usai memberi kuliah umum di Universitas Airlangga Surabaya, Jumat.
Untuk stabilisasi harga, pihaknya menyalurkan kebutuhan beras kepada 21 juta keluarga penerima manfaat (KPM) berpenghasilan rendah.
Selain itu Bulog juga sudah menyalurkan satu juta ton beras SPHP untuk dijual dengan harga yang lebih murah dari harga pasar.
"Jadi harganya lebih murah Rp1.000 hingga Rp1.500 dari harga pasar," katanya.
Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, Bulog mendapatkan izin untuk mengimpor beras 2 juta ton sejak Januari hingga saat ini yang sudah disebar ke 21 juta KPM berpenghasilan rendah.
"Impor tahap dua rencananya bulan ini dengan kuota 1 juta ton," tutur dia.
Lebih lanjut, Bayu mengatakan tahun depan kembali melakukan importasi beras untuk menjaga stabilisasi harga juga karena masa panen terlambat akibat masa tanam yang telat.
"Kira-kira masa panen ini sekitar bulan Maret, kita tahu bulan tersebut sudah masuk Ramadan dan sebentar lagi Idul Fitri yang biasanya permintaan meningkat. Kita perlu jaga stabilisasi harganya. Apalagi Februari ada Pemilu. Untuk kuotanya masih menunggu diputuskan," terangnya.
Bayu mengatakan stok cadangan beras pemerintah saat ini sekitar 1,57 juta ton dan cukup untuk Desember hingga Maret 2024. "Dan mudah-mudahan hasil panennya bagus," katanya.