Irwan Dwi Arianto menjadi doktor usai mempertahankan disertasi sekaligus meyakinkan sembilan penyanggah pada Sidang Ujian Disertasi Tahap 2 (Terbuka) di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga pada tanggal 23 Oktober 2023.
Ia dinobatkan sebagai doktor yang ke 315 dengan IPK 3,92 di Program Doktor Program Studi Ilmu Sosial Universitas Airlangga Surabaya.
Irwan mempertahankan disertasi dengan judul “Kontestasi Opini antara Followers Nahdlatul Ulama dan Muhamadiyah tentang Isu Politik Masa Jabatan Presiden “3 Periode”: Algoritma Jejaring Sosial dan Diskursus Pengetahuan Politik di Twitter”.
"Disertasi ini mengkombinasikan antara big data research melalui struktur algoritma jaringan sosial yang digali dan digambarkan, dan diskusi publik atas distribusi dan kontestasi perdebatan tentang isu politik perpanjangan masa jabatan presiden di media sosial Twitter," kata Irwan
Sidang dipimpin oleh Prof. Dr. Bagong Suyanto, Drs., M.Si. didampingi Prof. Hj. Rachmah Ida, Dra., M.Com., Ph.D., Prof. H. Kacung Marijan, Drs., MA., Ph.D., Prof. Dr. Phil. Toetik Koesbardiati, Dra., Prof. Anang Sujoko, S.Sos., M.Si., D.COMM., Prof. Dr. Rustinsyah, Dra., M.Si., Prof. Myrtati Dyah Artaria, Dra., MA., Ph.D., Dr. Lucy Dyah H., S.Sos., M.Kes., dan Dr. Siti Mas’udah, S.Sos., M.Si.
Disampaikan Irwan yang juga founder asigta.org dalam paparan disertasinya bahwa kekuatan aktor tidak selalu sama dalam isu yang berbeda, dan kekompakan kelompok sangat dipengaruhi oleh isu serta karakteristik kelompok.
Ruang kontestasi baru memiliki ciri khas tersendiri yang tidak bisa dijalani dengan cara konvensional. Aktor dengan pengikut banyak belum tentu kuat bersaing, bahkan amplifikasi discourse yang kuat pun akan menjadi Pseudo Power tanpa memahami viral value, karakteristik aktor, dan kesesuaian narasi dengan perkembangan isu.
"Elite yang berkuasa dulu memiliki kelebihan dan kemampuan untuk memanfaatkan kekuasaan, memegang fungsi politik, memonopoli kekuasaan sehingga dengan mudah memanfaatkannya," ujarnya.
Era digital mengubah banyak aspek kehidupan termasuk dalam politik kontemporer. Media sosial memungkinkan individu untuk menyampaikan pandangan mereka secara langsung dalam kewenangannya sendiri tanpa perantara. Hal ini membuat elite politik sulit untuk sepenuhnya mengontrol narasi.
"Publik semakin sadar akan upaya manipulasi informasi di era digital yang justru menimbulkan Pseudo Power. Strategi pemenangan kontestasi wacana dalam media sosial dapat diperoleh melalui insight discourse riset komunikasi big data," ucapnya.
Salah satu Penyangga Sidang Terbuka Doktoral yang juga Dekan FISIP Universitas Brawijaya, Prof. Anang Sujoko, S.Sos., M.Si., D.COMM., menyampaikan bahwa disertasi ini capaian yang luar biasa.
"Tema yang luar biasa untuk kajian komunikasi kontemporer terutama dalam kajian Komunikasi Politik," katanya.
Dekan FISIP UPN “Veteran” Jawa Timur , Dr. Catur Suratnoaji, M.Si., menyampaikan bahwa temuan disertasi ini luar biasa, mampu mengkluster berbasis atribut serta temuan-temuan lainnya.
Sementara itu, salah satu undangan yakni Wakil Rektor 3 Universitas Trunojoyo, Surokim Abdussalam mengatakan bahwa awalnya empat tahun yang lalu mana mungkin riset big data bisa menjelaskan di wilayah riset kita yang belum popular dan ternyata hasilnya sama dengan survei manual.
"Sejak saat itu saya mempercayai riset big data," tuturnya.
Surokim yang juga Ketua ASPIKOM (Asosiasi Pendidikan Tinggi Ilmu Komunikasi) Korwil Jatim menyampaikan bahwa hari ini perkembangan itu lebih pesat lagi, memang luar biasa riset media sosial yang dipaparkan dalam disertasi ini.