Madiun (ANTARA) - Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman, dan Cipta Karya Provinsi Jawa Timur menyebut bahwa pengelolaan sistem drainase yang dibangun di Kota Madiun dinilai layak untuk menjadi percontohan nasional karena memiliki multifungsi.
Kepala Bidang Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Permukiman Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman dan Cipta Karya Provinsi Jawa Timur Tri Wahyuriyadi mengatakan sistem drainase di Kota Madiun tidak hanya sebagai saluran air, tetapi juga memiliki fungsi lain seperti penanganan banjir hingga fungsi keindahan.
"Sistem drainase 'eco-green' di Kota Madiun menjadi percontohan, bukan hanya provinsi tapi nasional. Karenanya, 38 kabupaten/kota pemangku kebijakan yakni cipta karya dan permukiman melaksanakan bimtek di sini," ujar Tri Wahyuriyadi saat bimbingan teknis penerapan konsep "Smart City" dalam pengelolaan sistem drainase yang digelar Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman dan Cipta Karya Provinsi Jawa Timur di Madiun, Jumat.
Menurutnya, Kota Madiun tepat menjadi lokasi bimtek yang digelar dua hari sejak Kamis dan Jumat tersebut. Salah satunya, karena peserta bisa langsung melihat kondisi drainase yang ada.
Pada hari pertama, peserta melaksanakan studi lapangan. Peserta diajak berkeliling melihat hasil pembangunan drainase. Mulai di kawasan Pahlawan Street Center (PSC), Taman Sumber Umis, dan sejumlah lokasi lainnya.
Baca juga: Pemkot Madiun bersihkan sungai antisipasi banjir
Di hari kedua, peserta melaksanakan seminar dan Wali Kota Madiun Maidi juga menjadi narasumber dalam kegiatan tersebut.
"Jadi konsepnya transfer 'knowledge'. Tadi dari peserta juga melakukan tanya jawab dengan Bapak Wali Kota secara langsung," kata Tri Wahyuriyadi.
Dia menambahkan drainase di Kota Madiun bukan hanya berfungsi mengalirkan air, tetapi juga sebagai tempat cadangan air. Hal itu karena di setiap sepuluh meter ditambahkan areal resapan. Kondisi itu akan sangat berguna pada musim kemarau seperti ini.
Selain itu, konsep tersebut juga bisa diterapkan di daerah pesisir pantai. Sistem drainase seperti itu, juga bisa mengurangi interupsi air laut ke darat sehingga tidak terlalu payau.
"Menurut saya ini inovasi yang luar biasa. Bisa menjadi masukan bagi 38 Kota/Kabupaten peserta se-Jawa Timur," tambahnya.
Wali Kota Maidi menjelaskan bahwa pembangunan drainase di kawasan Jalan Pahlawan dulu setidaknya memiliki lima fungsi. Yakni, sebagai penanganan banjir, resapan, instalasi kabel bawah tanah, fungsi pelayanan kepada pengguna jalan, hingga fungsi estetika atau keindahan yang kemudian memunculkan manfaat ekonomi.
"Semua daerah saya rasa memiliki beragam permasalahan. Kalau tidak ditangani, permasalahan-permasalahan seperti itu tidak akan bisa selesai dengan maksimal. Itulah mengapa di Kota Madiun bisa cepat," kata Maidi.
Pembangunan drainase di Kota Madiun juga menyentuh saluran lingkungan. Konsepnya sama. Terdapat areal resapan setiap sepuluh meter.
Air, katanya, rumahnya di dalam tanah. Air hujan yang turun dari langit harus bisa masuk ke dalam tanah dengan baik. Karenanya, areal-areal resapan tersebut dibutuhkan.
Upaya tersebut cukup berhasil di Kota Madiun. Setidaknya, permasalahan genangan di Jalan Pahlawan sudah tidak lagi terlihat kini.
"Kalau kemudian ini dianggap baik, dan kota kita dijadikan tempat studi, tentu saya 'welcome' dan mendukung. Saya rasa semua ingin daerahnya masing-masing menjadi baik," katanya.
Sementara, bimbingan teknis penerapan konsep Smart City dalam pengelolaan sistem drainase tersebut diikuti oleh perwakilan OPD terkait dari 38 kabupaten/kota pemangku kebijakan tentang drainase.