Surabaya (ANTARA) - Calon doktor Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya dan OITA University Jepang, dr. Azami D. Azinar SpOG d ilaporkan meninggal dunia, Rabu, pukul 05.40 WIB setelah terpapar COVID-19.
Dokter Azami berusia 38 tahun wafat setelah 15 hari dirawat di Ruang Isolasi Khusus (RIK 1) RSUD Dr Soetomo. Dalam hari-hari terakhir perawatannya, ia sudah memakai alat bantu napas dan ECMO (semacam pengganti paru-paru untuk sementara) sudah dioptimalkan.
Ketua Departemen/KSM Obstetri dan Ginekologi FK Unair/RSUD dr. Soetomo, Dr. Brahmana Askandar, dr, SpOG (K) mengungkapkan selain pengajar di FK Unair, dr. Azami juga merupakan staf dokter di RSUD dr. Soetomo Surabaya
Ia juga sedang menyelesaikan pendidikan konsultan uroginekologi rekonstruksi dan hampir menuntaskan gelar doktor pendidikan S3 yang merupakan kolaborasi antara FK Unair dan OITA University, Jepang.
"Seharusnya, ujian proposal yang menghadirkan penguji dari OITA University akan dilangsungkan tanggal 19 Juli 2021. Undangan pun sudah disebarkan. Penelitian sudah siap dikerjakan," katanya.
Salah satu rekannya, Dr. dr. Eighty Mardiyan K SpOG (K) menambahkan bahan penelitian dokter Azami seperti mencit sudah dalam proses adaptasi dan akan segera disuntikkan flavonoid sebagaimana yang direncanakan.
Reagen-reagen yang diperlukan untuk meneliti juga telah didatangkan dari luar negeri.
"Beliau juga mengembangkan laparaskopi di bidang uroginekologi rekonstruksi. Beliau dengan telaten mengembangkan teknik operasi bagi pasien-pasien Mayer Rokintansky Hausser Syndrome yang ditakdirkan lahir tanpa vagina," katanya.
Pengembangan ini dilakukan dr. Azami bersama dr. Eighty, dr. Hari ParatonSpOG (K), dr. Gatut Harianto SpOG (K) dan dr Tri Hastomo SpOG.
Khusus dr. Azami, ia memilih teknik Davydov, yakni memanfaatkan usus sedemikian rupa sebagai kombinasi untuk membuat vagina. Tujuannya agar mereka yang terlahir tanpa vagina tetap bisa menikmati kualitas hidup sebagai perempuan seutuhnya.
"Bahkan untuk mempelajari ini, hampir setahun ia berguru kepada dr Jimmy Nomura di Kameda Hospital Jepang,"kenangnya.
Terbukti teknik ini mempunyai angka kegagalan yang lebih rendah dibanding teknik lain. Meskipun lebih tidak sederhana karena perlu alat laparaskopi dan melibatkan dokter ahli bedah digestif.
Wakil Rektor III Unair dr. Muhamad Miftahusurrur MKes., SpPD (K) KGEH PhD juga merasa kehilangan atas kepergian dokter Azami.
Pasalnya saat memulai program S3 yang berkolaborasi dengan OITA University ini, ia juga turut merintisnya dan menjadi salah satu pelopor lulusan OITA University.
"Sangat jarang saya menjumpai dokter yang penuh dedikasi seperti Dokter Azami ini. Semangatnya dalam melayani pasien dan kemajuan departemen patut menjadi teladan," katanya. (*)
Calon doktor FK Unair-OITA University Jepang wafat karena COVID-19
Rabu, 7 Juli 2021 14:17 WIB
Beliau juga mengembangkan laparaskopi di bidang uroginekologi rekonstruksi