Surabaya (ANTARA) - Dinas Pendidikan Jawa Timur melakukan pelacakan atas kasus seorang kepala sekolah asal Pacitan yang terkonfirmasi positif tertular virus corona setelah mengikuti acara pelantikan kepala sekolah dan pengawas SMA di Kantor Badan Kepegawaian Daerah Jawa Timur di Surabaya pada 20 Mei 2020, .
"Satu kepala sekolah asal Pacitan positif COVID-19, kami masih menelusuri apakah terpapar saat pelantikan atau di rumah sebab rumahnya berada di zona merah COVID-19," kata Kepala Dinas Pendidikan Jatim Wahid Wahyudi di Surabaya, Rabu.
Baca juga: Ada dugaan klaster corona, Disdik Jatim minta peserta pelantikan kepsek lakukan tes cepat
Wahid menyampaikan bahwa kepsek asal Pacitan itu memang sudah lama menderita diabetes dan sakit tenggorokan sehingga sering kali keluar masuk rumah sakit. Selain itu, kepsek itu juga memiliki riwayat penyakit darah rendah.
"Jadi memang yang bersangkutan ini punya penyakit bawaan lain," ujarnya.
Mantan Kepala Dinas Perhubungan Jatim itu menegaskan saat pelantikan kepsek dan pengawas SMA di Kantor BKD Jatim, pihaknya telah menerapkan protokol kesehatan secara ketat. Setiap peserta pelantikan dicek suhu tubuhnya dan diberi cairan pembersih tangan sebelum acara dimulai.
"Diatur jaga jarak dan sesuai protokol kesehatan. Pelantikan berjalan sangat singkat hanya sekitar 30 menit. Sisa beberapa menit ada beberapa yang meluapkan kegembiraan mereka, sepertinya melepaskan masker," ujarnya.
Baca juga: Pemkot Surabaya lacak penularan COVID-19 di acara pelantikan kepala sekolah
Dari informasi yang beredar, ada seorang peserta pelantikan kepsek dan pengawas SMA asal Mojokerto dengan KTP Jombang yang meninggal dunia dan sudah dimakamkan di Jombang. Kemudian ada satu orang lagi peserta sedang dirawat di RSUD Kota Mojokerto
"Satu pengawas sakit dan meninggal. Di rumah sakit, pengawas tersebut didiagnosis sakit lambung akut, mengalami maag kronis yang cukup lama diderita, paru-parunya juga ada flek. Setelah dilakukan tes cepat hasilnya negatif, hasil swab juga negatif. Jadi, dipastikan meninggal bukan karena corona," ujar Wahid.
Dinas Pendidikan Jatim juga telah memerintahkan semua peserta pelantikan untuk melakukan tes cepat COVID-19. Dari 70 persen data yang diterima instansi itu, semuanya nonreaktif COVID-19.
"Semua yang ikut pelantikan wajib melaksanakan tes cepat dilaksanakan mulai kemarin sampai hari ini. Dari data yang masuk sekitar 70 persen hasilnya negatif. Semoga semuanya negatif," tuturnya.
Baca juga: Kepala sekolah dan pengawas SMA di Tulungagung jalani tes cepat COVID-19
Mengenai adanya kegiatan berkumpul meskipun sedang terjadi pandemi COVID-19, Wahid mengatakan bahwa semua kegiatan berkumpul telah dilakukan berdasarkan protokol kesehatan yang sangat ketat.
"Kalaupun mengadakan pertemuan harus dilakukan sesuai protokol yang sangat ketat," ujarnya.
Sebelumnya muncul informasi adanya dugaan klaster baru penyebaran COVID-19 pada acara pelantikan kepsek dan pengawas SMA yang diselenggarakan di Kantor Badan Kepegawaian Daerah Jawa Timur, Surabaya, 20 Mei 2020.
Informasi adanya klaster tersebut beredar luas di media sosial dan disebutkan bahwa terdapat dua peserta pelantikan yang diduga tertular COVID-19.
Dari informasi tersebut juga didapat peserta pelantikan meninggal dunia berasal dari Mojokerto dengan KTP Jombang dan sudah dimakamkan di Jombang. Kemudian, satu lagi peserta sedang dirawat di RSUD Kota Mojokerto.
Peserta dari Mojokerto termasuk gelombang pertama pada acara pelantikan, sedangkan peserta asal Jombang masuk pada gelombang empat. Untuk Jombang, sudah terdata 20 orang yang diperintahkan isolasi mandiri dan tes cepat.