Pamekasan (ANTARA) - Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Madura (Unira) mengklarifikasi soal kasus demo rusuh dan perusakan fasilitas umum di depan kantor DPRD Pamekasan, Jawa Timur saat aksi mahasiswa menolak pemberlakuan hasil revisi UU KPK itu berlangsung, Jumat.
"Aksi perusakan itu oleh kelompok lain, dan sebagian karena terkena benturan pengunjuk rasa yang menyelamatkan diri dari tembakau gas air mata petugas," kata Pengurus BEM dari Fakultas Ekonomi Unira Abdul Aziz Zaki kepada ANTARA di Pamekasan, Jumat malam.
Baca juga: Demo di Pamekasan dibubarkan aparat dengan gas air mata
Ia selanjutnya menceritakan kronologis kejadian demo rusuh di depan Sekretariat DPRD Pamekasan hingga menyebabkan sekitar 200-an pot bunga hias rusak.
Menurut Zaki, Unira awalnya bergerak sendiri dari kampus Unira di Jalan Raya Panglegur menuju kantor DPRD di Jalan Kabupaten Pamekasan.
Mahasiswa dari berbagai fakultas yang ada di universitas tertua di Kabupaten Pamekasan itu berangkat ke DPRD Pamekasan dengan mengendarai sepeda motor.
Namun di tengah jalan bertemu dengan kelompok lain, lalu akhirnya bergabung dengan mahasiswa Unira Pamekasan.
"Jumlahnya memang tidak terlalu banyak sebagaimana Unira. Hanya puluhan. Kami ratusan," kata Zaki.
Selain mahasiswa, ada juga kelompok berseragam pelajar yang juga bergabung dalam unjuk rasa menolak pemberlakukan UU KPK tersebut.
Awalnya, aksi mahasiswa di depan kantor DPRD Pamekasan berjalan tertib, dan mahasiswa dari berbagai fakultas berorasi secara bergantian.
Namun dalam perkembangannya, situasi menjadi riuh, bahkan ada sebagian elemen yang bergabung dengan Unira yang melakukan gerakan tanpa memperhatikan komando dari masing-masing pengurus BEM.
"Saat itu, maka kami berinisiatif untuk mundur secara teratur, sedangkan kelompok lain yang ikut bergabung dengan kami tetap maju," katanya.
Pada saat yang sama, sambung dia, lalu terjadi perusakan pot-pot bunga yang terletak di sepanjang Jalan Kabupaten Pamekasan, bahkan beberapa kelompok yang berseragam seperti pelajar juga ikut melakukan perusakan.
"Kami mundur secara teratur waktu itu, karena komitmen kami dengan semua pengurus BEM fakultas adalah aksi damai," katanya, menjelaskan.
Abdul Aziz Zaki menduga, aksi rusuh yang terjadi di depan kantor DPRD Pamekasan hingga akhirnya sempat terjadi bentrok dengan aparat kepolisian, karena ulah oknum.
"Saya dan teman-teman pengurus BEM lainnya di Unira memang mencurigai ada penumpang gelap dalam aksi kami tagi pagi, hingga rusuh dan menyebabkan banyak terjadi kerusakan," ujar Zaki.
Sebelumnya Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Pamekasan menyatakan, jumlah pot bunga hias yang rusak dalam kerusuhan unjuk rasa mahasiswa itu, mencapai 200-an buah, dan pihaknya telah melakukan pembersihan dibantu aparat Polres Pamekasan.
Saat demo itu berlangsung, yang aksi memang bukan hanya dari kalangan mahasiswa, akan tetapi juga terlihat warga umum yang bergabung dengan massa pengunjuk rasa, termasuk dari kalangan pelajar.