Surabaya (Antaranews Jatim) - Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr Soetomo Surabaya merawat 11 pasien yang diduga korban keracunan akibat minuman keras.
"Pasien itu diduga keracunan minuman keras. Data hari Jumat (20/4) sampai hari ini. Dari 11 itu, empat meninggal dunia dan yang masih dirawat ada tujuh," kata Kepala Humas RSUD Dr Soetomo Surabaya, dr Pesta Manurung di Surabaya, Selasa.
11 pasien itu adalah Soelaiman (49) warga Pacar Keling Surabaya, Wimpi Hartono (40) warga Belahan 1 Pacar Keling Surabaya. Goenadi (52) warga Bronggalan Sawah, Nova Riyanto (34) warga Kapasari Pendukuh Buntu, Wahyu (22) warga Waru, Sidoarjo, Kiki Aries P (33) warga Simolawang, dan Susanto (49) warga Kali Lom.
Sementara pasien yang meninggal adalah Rio Cresna Putra (21) warga Ploso, Tambak Sari, Soegeng (52) warga Rangkah Rejo Lebar, Gre Gorius Oky (22) warga Kejawan Keputih Tambak dan Pramuji (51) warga Pacar Keling.
Kepala Ruangan Penyakit Dalam RSUD Dr Soetomo dr Poernomo Budi mengatakan 11 pasien itu datang dengan berbagai kondisi. Namun yang utama adalah datang utamanya sesak, mata kabur, ada kejang. Ditengarai ada riwayat meminum minuman keras yang diduga diracik sendiri.
"Gejala ada yang sama diduga keracunan minuman keras campuran sendiri, biasanya campurannya metanol," ucapnya.
Dia menjelaskan, pasien yang diduga keracunan minuman keras umumnya sesak karena gangguan keseimbangan asam basah di tubuhnya dan memerlukan perawatan yang khusus, misalnya cuci darah. Selain itu dibutuhkan pengawasan yang lebih intens dengan memasukkan ke dalam ruangan yang disebut ruang perawatan intermedit.
"Syukur-syukur tidak masuk ruangan yang lebih serius lagi seperti ICU. Pasien ada yang datang dalam keadaan yang sangat berat, tidak bisa tertolong," kata pria yang juga Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Jatim itu.
Sementara itu spesialis ginjal RSUD dr Soetomo dr Aditya Wardana mengemukakan, keracunan metanol beda dengan gagal ginjal. Untuk itu, cuci darah, dimaksudkan untuk membantu perbaikan kondisi.
Diungkapkan, Aditya, tindakan itu dilakukan karena jika dicoba dengan obat-obatan dianggap kurang cepat. Dalam situasi itu, pihaknya memilih dengan melakukan cuci darah.
"Kita mengeluarkan racun di dalam darah. Untungnya, kita bisa membantu sekian pasien ini. Ada lima yang dilakukan, sebagian sudah masuk ruangan biasa untuk observasi. Tiap hari dilihat darahnya. Penglihatan ada perbaikan. Masih ada satu-dua pasien yang diobservasi," ujarnya.
Racun yang dihasilkan metanol juga dapat mengakibatkan orang mengalami kebutaan permanen. Aditya menjelaskan, jika terlambat, mungkin tidak akan bisa ditangani lagi. Namun, saat ini ada empat pasien yang pengelihatannya kembali baik.
"Pasien yang tak tertolong, rata-rata yang datang dengan kondisi berat," katanya.(*)