Pamekasan (Antara Jatim) - Madura United FC mendorong pengembangan usaha sektor informal dan usaha kecil menengah melalui penjualan "jersey" dengan harga murah, sebagaimana banyak dipasarkan para pedagang "jersey" klub sepak bola itu.
Presiden Klub Madura United FC Achsanul Qosasi menyatakan, pihaknya memaklumi banyaknya pedagang yang menjual koas klub dengan harga yang lebih murah, karena disatu sisi Madura United juga ingin memberikan manfaat dari sisi ekonomi kepada rakyat Madura.
"Bagi kami itu wajar dan harus dimaklumi, agar usaha sektor informal dan UKM kita juga hidup, dan mereka memang harus tetap hidup," ujar Achsanul dalam rilis yang disampaikan kepada media, Sabtu malam.
Ia menjelaskan, selama April hingga Juli 2017 ini, Madura United FC, baru bisa menjual 1.326 buah "jersey" original dengan harga Rp250.000 per buah. Mereka membeli melalui distro dan toko "online" resmi Madura United.
Jumlah penjualan "jersey" asli klub sepak bola Madura United FC ini, memang jauh sedikit jika dibanding penjualan kaos dengan kualitas sedang, tapi dengan harga jauh lebih murah.
Namun, bagi Achsanul, dirinya merasa cukup puas, karena kini semua klub sepak bola Indonesia sudah menuju era Industri, semua pihak berbenah memperbaiki diri, karena industri itu butuh kepastian dan kenyamanan.
Suporter bola, sambung dia, juga sudah mulai ada tanda-tanda perdamaian, bahkan nyanyian "rasis" di tribun stadion sudah tidak lagi terdengar.
"Ini harus kita syukuri dan apresiasi," ujar "AQ" sapaan karib Achsanul Qosasi itu.
Selain itu, klub sepak bola kini juga sudah memperbaiki diri dengan berkorban mencari pemain bagus dan berkwalitas.
Mereka sudah nampak bersaing secara profesional, bahkan pelatih juga berkomentar bagus saat konferensi pers, saling memuji dan menghargai.
PT Liga Indonesia Baru (LIB) sebagai penyelenggara kompetisi, menurut dia, sudah mulai membaik, walaupun masih sering berubah-ubah dan kurang konsisten.
"Bersikap adil memang tidak mudah, tapi menerapkan konsistensi itu sebenarnya tidak sulit," ujarnya.
Mantan Manajer Persepam Pamekasan ini menguraikan, yang dimaksud dengan "konsistensi" adalah peraturan yang berlaku di putaran pertama, harus sama dengan peraturan yang berlaku di putaran kedua.
"Sangsi terhadap klub harus sebanding dengan pelanggaran yang dilakukan dan harus berlaku untuk semua klub," ujarnya.
AQ yakin, jika semua pihak bisa berkomitmen untuk menjadi yang lebih baik, maka kedepan sepak bola Indonesia akan maju, klub akan mandiri, dan suporter akan mencintai klub.
"Dampak dari semua itu, tentunya adalah kesejahteraan masyarakat dengan berkembangnya perekonomian melalui industri bola ini," ujarnya, menambahkan. (*)