Jakarta (ANTARA) - Presiden Madura United FC Achsanul Qosasi mengkritisi format kompetisi Liga 1 musim 2023/2024 yang dibuat PT Liga Indonesia Baru (PT LIB) dengan menerapkan dua format kompetisi yaitu Reguler Series dan Champions Series.
Dalam pidatonya di saat menghadiri acara diskusi yang digelar oleh komunitas SeeJontor FC dalam tema “Liga Indonesia 2023/2024: Untung Rugi Format Baru Kompetisi” di MyTen Coffee & Eatery, SPARK Senayan, Jakarta, Rabu, Achsanul mengatakan, Liga 1 idealnya dimainkan dengan format kompetisi seperti musim sebelumnya yaitu kompetisi penuh dan tim pemilik poin tertinggi yang menjadi juara.
Kompetisi Liga 1 musim ini rencananya terbagi dalam dua periode yaitu Reguler Series dan Championship Series yang berlangsung mulai 1 Juli 2023 sampai 26 Mei 2024. Dalam Reguler Series, setiap klub akan bertarung dengan sistem double round robin atau home and away. Setelah itu, empat tim teratas klasemen akan melaju ke babak Championship Series dengan format home and away.
Sedangkan untuk format pemain di Liga 1 2022/2023, setiap klub maksimal mempunyai 35 pemain, dengan enam di antaranya adalah pemain asing yang terdiri dari lima pemain asing bebas dan satu pemain ASEAN. Setiap klub juga berkewajiban menurunkan pemain U-23 pada sebelas pertama di setiap pertandingan dengan waktu bermain minimal 45 menit.
“Memang ya kalo kita bicara soal format kompetisi, idealnya format kompetisi penuh saja. Jadi 18 tim bermain sampai selesai yang paling banyak poinnya itu yang juara karena seluruh kompetisi di dunia seperti itu,” kata Achsanul.
“Semua bertemu kandang dan tandang, siapapun paling tinggi nilainya juara,” tambahnya.
Menurut pria kelahiran 1966 itu, jika diadakan format Champions Series yang berisi empat tim teratas, sebaiknya tidak diadakan format home and away dan lebih baik diadakan di satu tempat seperti Jakarta.
“Tujuan adanya Champions Series ini lebih ke gebyar dan mungkin lebih ke siarannya tadi, glamornya kegiatan. Kalau begitu biarkan jalan, empat tim teratas atau delapan tim teratas, adu saja di Jakarta dalam bentuk turnamen. Jadi jangan home dan away, pusatkan saja di Jakarta, bertanding di Jakarta,” kata Achsanul.
Di format baru ini, peringkat pertama klasemen akhir belum tentu bisa juara karena akan diadu lagi dalam sistem knock-out bersama tiga tim lainnya. Format ini membuat semua klub dari peringkat satu hingga empat mempunyai peluang yang sama untuk juara.
“Urutan satu di kompetisi bisa jadi tidak juara. Padahal dia menang terus. Pada posisi terakhir, dia lemah misalnya karena kehilangan striker akibat cedera atau apapun namanya. Ini bahaya,” kata Achsanul.
“Kecuali pada final four klub dipersilahkan mengganti pemain-pemainnya, silahkan adu itu, para kapitalis yang akan menang, yang punya duit banyak yang bisa cari pemain asing top yang menang,” tambahnya.
“Maksud saya format kompetisi di depan harus jelas. Kalau mau final four yang walaupun dia nomor empat kemudian dia bisa ranking satu, ini impact dan strateginya harus dipikirkan,” saran Achsanul.
Meski format kompetisi baru mengundang pro dan kontra, namun ia mengatakan siap menjalankan kompetisi Liga 1 2023/2024 karena mendukung penuh kepengurusan PSSI yang baru di bawah kepemimpinan Ketua Umum Erick Thohir.
Menurutnya, di bawah kepemimpinan pria yang juga menjabat sebagai Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) itu, PSSI di periode ini memiliki sejumlah terobosan baru seperti kompetisi libur saat tim nasional Indonesia bermain dan juga adanya pemerataan hak siar.
“Kalau melihat sekarang, memang apa yang dilakukan PSSI dan PT Liga sekarang sudah lebih bagus ya, artinya ada harapan bagi klub untuk kepengurusan saat ini. Kita mendukung kebijakan mereka,” ucap Achsanul ketika ditemui awak media setelah selesainya acara diskusi.
“Jadwal ternyata mereka serius dalam hal ini. Artinya kalau ada timnas, kompetisi akan berhenti, boleh, bagus. Kedua semua memiliki jam tayang yang sama baik klub besar dan klub kecil. Jadi ini sudah satu harapan baru,” tambahnya.
“Dijalani saja dulu. Tapi kalau ingin kompetisi yang normal mau dipakai misalnya seperti format yang lama, saya juga setuju. Kalau pun ada final four, kita ikut saja. Kita ingin kreativitas PSSI dan PT Liga kita uji saja di lapangan,” tutupnya.