Pamekasan (Antara Jatim) - Akademisi dari Universitas Islam Sunan Ampel Surabaya Dr Ahmad Noer Fuad menyatakan, paham yang harus terwujud di kalangan aktivis Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) adalah penengah antara liberalisme dan radikalisme.
"Konsep ke-Islam-an HMI itu adalah luwes, menghargai perbedaaan paham, aliran dan pendapat," kata Noer Fuad saat menjadi pembicara dalam acara stadiun general pada pembukaan Latihan Kader tingkat II (LK-II) Se-Nusantara di Pamekasan, Sabtu.
Nilai ke-Islam-an yang diinginkan dalam Nilai-Nilai Dasar Perjuangan (NDP) HMI adalah Islam yang membumi, inspiratif, dan meng-Indonesia.
Sebab, Islam bukan merupakan bentuk dari sebuah agama, melainkan sebagai nilai-nilai agama. Oleh karenanya, bentuk ke-Islam-an akan senantiasa berbeda antara satu daerah dengan daerah lain, akan tetapi nilai universal yang terkandung di dalamnya adalah sama.
Ahmad Noer Fuad mengatakan, doktrin keseimbangan menjadi doktrin dasar bagi kader-kader HMI seperti yang tertuang dalam NDP HMI, antara iman, ilmu dan amal soleh.
Iman dan merupakan identitas teologis sebagai mahluk yang diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa, ilmu sebagai sarana dan media dalam mendekatkan diri kepada Tuhan, sedangkan amal soleh merupakan modal yang harus dimiliki dalam mengarungi kehidupan berbangsa dan bernegara.
Liberalisme menekannya peran kehidupan dominan pada identitas diri manusia, dan mengabaikan nilai-nilai keagamaan, sedangkan radikalisme cenderung hanya membenarkan kelompok tertentu dan menganggap kelompok lain salah.
"Jika dua paham ini dominan di negeri ini, maka disintegrasi bangsa bisa menjadi persoalan yang serius dan keutuhan NKRI bisa terancam," terang Fuad.
Presidium Korp Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (Kahmi) Jawa Timur ini lebih lanjut menjelaskan, tujuan didirikannya HMI oleh Lafran Pane pada 5 Februari 1947 atau dua tahun setelah kemerdekaan Indonesia ada dua.
Pertama, untuk mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia dari rongrongan penjajah, kedua, untuk menyebar luaskan ajaran agama Islam.
"Jadi, menjaga keutuhan NKRI dengan harus berpegang pada nilai-nilai ke-Islam-an bagi kader-kader HMI menjadi keharusan, sesuai dengan tujuan akhir HMI, yakni terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi oleh Allah SWT," terang Fuad.
Ahmad Noer Fuad dalam kesempatan itu juga mengajak kepada para kader-kader HMI untuk menghidupkan kembali tradisi intelektual di organisasi Islam tertua di Indonesia itu.
Ia menilai, akhir-akhir ini tradisi intelektual di HMI cenderung semakin pudar, terkikis oleh kecanggihan teknologi, sehingga budaya baca buku dan diskusi kader-kader HMI semakin merosot.
"Perkaderan seperti ini paling tidak akan menjadi titik tolak bagi adik-adik HMI mengembalikan jadi diri organisasi yang cederung mulai memudar itu," ucap Fuad. (*)