SKK Migas: Pendidikan Bojonegoro Dialihkan Teknologi Tinggi
Selasa, 30 April 2013 16:39 WIB
Bojonegoro (Antara Jatim) - Kepala SKK Migas Rudi Rubiandini mengatakan pendidikan di Bojonegoro, Jatim, harus dialihkan ke pendidikan teknologi tinggi bidang migas, agar tenaga kerja yang ada bisa terlibat di dalam pekerjaan migas Blok Cepu.
"Pendidikan di Bojonegoro harus digeser dari pendidikan biasa ke pendidikan teknologi tinggi, agar tenaga kerja yang ada bisa ikut terlibat bekerja di bidang migas," katanya di Bojonegoro, Selasa.
Namun, menurut dia, kalau saat ini tenaga kerja lokal yang tidak memiliki klasifikasi bidang migas dipaksakan terlibat bekerja di bidang migas, akan membawa pengaruh buruk atas industri migas di Tanah Air.
"Kita ini dalam bekerja terikat dengan ketentuan internasional dalam masalah tenaga kerja perminyakan," jelas dia.
Ia menjelaskan minimnya tenaga kerja Bojonegoro yang terlibat dalam proyek migas Blok Cepu, disebabkan terlambatnya daerah mengantisipasi perkembangan industri migas.
"Selama ini kawan-kawan di daerah (pemkab) terlambat mengantisipasi dalam menyiapkan tenaga kerja yang menguasai pekerjaan bidang migas," tandasnya.
Oleh karena itu, lanjut dia, pekerjaan "engineering, procurement, and construction/EPC" I mengalami keterlambatan selama lima bulan, karena kontraktor harus menyesuaikan dengan peraturan daerah (perda) yang berisi keterlibatan tenaga kerja lokal.
Hal itu dibenarkan Direktur PT Pertamina EP Cepu Amril Thaib yang menyatakan pihaknya tetap berusaha menyesuaikan dengan perda dalam menangani pekerjaan proyek migas Blok Cepu dengan melibatkan pemkab.
"Kami tetap berusaha menyesuaikan dengan perda agar pekerjaaan bisa berjalan sesuai tahapan. Seperti pengembangan lapangan gas Jambaran Blok Cepu juga melibatkan daerah," ucapnya.
Sementara itu, "Vice President Public and Gouverment Affair" MCL Erwin Maryoto menjelaskan operator kesulitan memperoleh tenaga kerja bidang migas, karena jumlah tenaga kerja yang menguasai bidang migas di Indonesia jumlahnya sangat terbatas.
"Kesulitan memperoleh tenaga kerja bidang migas juga dialami kontraktor migas lainnya di Indonesia, karena terbatasnya jumlah tenaga kerja yang ada," tuturnya.
Sesuai laporan SKK Migas EPC I yang mengerjakan fasilitas produksi saat ini pekerjaan sudah mencapai 54 persen dengan target rampung Agustus 2014.
EPC 2 mengerjakan pipa darat saat ini kemajuan proyek 58 persen dengan target rampung Agustus 2013, EPC 3 mengerjakan pipa laut saat ini 33 persen dengan target rampung Februari 2014.
Sedangkan EPC 4 mengerjakan penampungan minyak di tengah laut saat ini kemajuan proyek 60 persen, dengan target rampung Januari 2014 dan EPC 5 mengerjakan infrastruktur, saat ini kemajuan proyek sekitar 29 persen dengan target rampung Maret 2014.(*)