Surabaya (ANTARA) - Dinas Pendidikan Jawa Timur mengukuhkan Kelompok Kerja Pendidikan Inklusif dan pengurus Musyawarah Kerja Kepala Sekolah Pendidikan Khusus untuk memperkuat layanan pendidikan inklusif bagi anak berkebutuhan khusus di seluruh satuan pendidikan, Kamis.
“Pendidikan bukan hanya soal akademik, tetapi juga pengembangan kompetensi. Anak berkebutuhan khusus memang memiliki keterbatasan secara fisik dan logika, namun mereka juga memiliki keistimewaan yang tidak dimiliki masyarakat pada umumnya,” ujar Kepala Dinas Pendidikan Jawa Timur Aries Agung Paewai.
Ia menjelaskan, sebanyak 33 orang yang dikukuhkan diharapkan mampu menguatkan kembali esensi pendidikan inklusif, yakni memastikan seluruh warga negara Indonesia, termasuk anak berkebutuhan khusus (ABK), memperoleh hak pendidikan yang layak dan bermutu.
Menurut Aries, pendidikan inklusif tidak hanya menjadi tanggung jawab Sekolah Luar Biasa (SLB), tetapi juga seluruh satuan pendidikan yang harus mampu memberikan layanan adaptif sesuai kebutuhan peserta didik.
Sebagai dukungan pengembangan bakat dan keterampilan ABK, Dinas Pendidikan (Dindik) Jawa Timur mendorong Kelompok Kerja (Pokja) Pendidikan Inklusif masa bakti 2025–2028 membentuk Rumah Solusi yang direncanakan direalisasikan pada 2026.
“Bisa saja suatu SLB memiliki kompetensi tata boga, tapi siswanya justru lebih berminat pada otomotif atau tata rias. Melalui Rumah Solusi, kebutuhan ini bisa dipetakan dan disinergikan dengan sekolah yang tepat,” ujarnya.
Dalam pengukuhan pengurus Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) Pendidikan Khusus Jawa Timur, Aries juga menekankan pentingnya peningkatan kualitas, mutu, serta kepemimpinan yang inovatif menghadapi tantangan 2026.
“Kalau di 2025 tidak melakukan perubahan, otomatis di 2026 kita tidak akan bisa bersaing,” tegasnya.
Ia mendorong adanya kader inklusi di setiap sekolah, penerapan e-rapor inklusi, pembelajaran individual, serta pengembangan inkubator bisnis inklusi guna memperkuat kompetensi dan kemandirian ABK.
“Sekolah tidak hanya memberi akademik dan rapor, tetapi juga bekal kompetensi. Anak-anak ini harus punya pilihan, apakah bekerja mandiri, berwirausaha, atau masuk ke dunia usaha dan dunia industri. Link and match-nya kita perkuat sejak awal,” ujar Aries.
Dindik Jatim juga berkomitmen melengkapi sarana dan prasarana pendukung agar ekosistem pendidikan inklusif di Jawa Timur semakin kuat dan berkelanjutan.
