Dinsosnakertrans Belum Temukan Dua TKI Pamekasan Hilang
Rabu, 17 Oktober 2012 17:07 WIB
Pamekasan - Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinsosnakertrans) Pamekasan, Madura, belum menemukan dua TKI yang dilaporkan hilang di tempat kerjanya di luar negeri.
"Kami sudah mengirim surat ke Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia, tapi sampai saat ini belum ada kabar lebih lanjut dari lembaga itu," kata Kepala Dinsosnakertrans Moh Zakir, Rabu.
Biasanya, kata dia, jika ada TKI asal Pamekasan yang bermasalah dan diketahui oleh BNP2TKI, lembaga itu selalu berkirim surat ke Dinsosnakertrans memberitahukan TKI dimaksud, termasuk upaya penanganan yang harus dilakukan oleh pihak Dinsos.
Sementara, kedua TKI Pamekasan yang telah lama dilaporkan hilang itu, menurut dia, sampai saat ini belum ada informasi lebih lanjut.
Dua orang TKI asal Pamekasan yang dilaporkan hilang di tempat kerjanya di luar negeri itu masing-masing Mabsusah dan Edy Subianto.
Mabsusah merupakan warga Desa Palengaan, Kecamatan Palengaan, Pamekasan. Ia bekerja sebagai TKI di Suriah dan dikabarkan hilang sejak lima bulan lalu.
Mabsusah berangkat menjadi TKI ke Suriah melalui PT Wibawa di Jakarta sekitar Desember 2010 lalu. Selama berada di Suriah, Mabsusah telah dua kali berkirim uang kepada keluarganya di Pamekasan.
Kiriman pertama dikirim lima hari setelah Hari Raya Idulfitri 2011 dan kiriman kedua sekitar empat bulan lalu, dengan jumlah uang mencapai Rp10 juta.
Namun sejak adanya pemberitaan konflik yang melanda negara itu, pihak keluarganya kehilangan kontak dengan Mabsusah dan hingga kini tidak pernah berkomunikasi sama sekali.
Selain Mabsusah, TKI lain asal Pamekasan yang juga dilaporkan hilang ialah Edy Subianto, warga Jalan Pintu Gerbang, Kelurahan Bugih, Pamekasan.
Minari, orang tua Edy, di Pamekasan, menjelaskan anaknya berangkat ke Malaysia menjadi TKI sejak 15 tahun lalu. Selama sekitar dua tahun lebih, Edy sering mengabarkan keberadaannya di Malaysia.
"Bahkan Edy pernah mengirimkan uang kepada saya selama lima kali berturut-turut sebesar Rp500 ribu,” katanya.
Terakhir, Edy sempat menelepon dirinya dan mengabarkan hendak pulang ke kampung halamannya di Pamekasan untuk menjenguk keluarganya.
Sejak saat itu Edy tidak pernah menghubungi Minari lagi dan hingga kini tidak ada kabar beritanya. Pihak keluarga juga telah berupaya mengecek kepada teman-teman dan tetangganya yang memiliki saudara yang bekerja di Malaysia, namun tidak ada yang mengetahuinya.
Berbeda dengan Mabsusah, Edy Subianto bekerja menjadi TKI di Malaysia melalui jalur ilegal, tanpa melalui perusahaan jasa tenaga kerja Indonesia.
"Tapi keduanya baik Edy maupun Mabsusah itu, sampai sekarang belum ada kabar," katanya menjelaskan. (*)