Di kawasan Mangga Dua Jakarta Utara ada sebuah toko yang memanjakan lidah penikmat teh dengan beragam teh dari beberapa negara dengan ciri khas single origin.
Siangming Tea House yang beroperasi sejak 1995 konsisten memberikan cita rasa teh yang original tanpa campuran apapun yang membuat penikmat teh lebih mengenal beragam teh beserta teknik seduhannya.
“Kita di sini banyak sekali daun tehnya, dari berapa negara dan ada tea culture-nya. Kita juga membimbing bagaimana cara menyenduh teh ataupun bagaimana memperlihatkan daun teh,” kata pemilik dan ahli teh China Suwarni Widjaja saat ditemui ANTARA di Jakarta, Rabu.
Ia mengatakan sejak 30 tahun yang lalu, konsisten memberikan edukasi kepada penikmat teh tentang bagaimana mengenal budaya minum teh karena belum banyak yang mengenal beragam teh original tanpa campuran dan ciri khas Chinese Tea Ceremony di Indonesia.
Ini juga yang menjadi satu latar belakang yang kuat yang dipegang Siangming Tea House karena menurutnya budaya sangat erat hubungannya dengan tradisi dan budaya minum teh perlu diajarkan kepada masyarakat dan anak muda agar bisa lebih menghargai tradisi.
Setiap pengunjung yang datang bisa memilih teh yang sesuai preferensi mereka dan diajarkan cara menyeduh yang benar dengan teknik Tea Ceremony agar cita rasa teh yang diinginkan bisa tercapai.
“Itu yang diutamakan karena kalau minum teh bukan hanya minum dan kita perlu mengetahui bagaimana memilih daun teh dan kecocokannya setiap orang, seleranya kan beda-beda. Nah di situ kita akan mengajarkan bagaimana cara memilih teh, daun teh seperti apa dan peralatan yang digunakan,” kata Suwarni.
Menurut Suwarni, para pengunjung memiliki preferensi masing-masing sesuai dengan kebiasaan dan suasana apa yang sedang dirasakan. Adapun beragam teh yang disajikan tidak banyak ditemukan di toko lain yakni single origin seperti white tea, yellow tea, flower tea, black tea, dan red tea.
Banyak pelanggannya yang datang saat pulang kerja atau yang sering lembur, biasanya memilih varian white tea, namun jika mereka tipe pelanggan yang mencari kuliner lebih sering memesan varian teh black tea.
Banyak pelanggannya yang datang saat pulang kerja atau yang sering lembur, biasanya memilih varian white tea, namun jika mereka tipe pelanggan yang mencari kuliner lebih sering memesan varian teh black tea.
“Dan disini keunggulannya satu adalah kita selalu memberikan mereka adalah tea premium yang susah didapat di tempat lain. Karena disini kita maunya semua orang hidup dengan sehat,” kata wanita peraih gelar ahli teh dari Kyoto Jepang Junkyoju dan gelar ahli teh China Soujun.
Adapun pelanggan yang datang mulai dari anak-anak berusia delapan tahun hingga yang berusia 70 tahun, dan banyak juga yang sudah menjadi pelanggan tetap sejak Siangming Tea House beroperasi.
Salah satu pelanggan bernama Ryan Putra, mengatakan tertarik belajar lebih dalam tentang teh di Siangming Tea House karena merasa teh memiliki budaya yang kompleks dan memiliki komunitas yang bisa saling berbagi bahkan di luar pembahasan teh.
Dari mempelajari teh ia pun juga pelan-pelan menjadi kolektor teh karena menurutnya teh memiliki cita rasa yang tidak sama satu sama lain yang membuatnya tertarik dengan teh.
“Ada muatan historis dan kebudayaan yang kental dalam teh, ada seremoni dan tertarik untuk explore karena cari jati diri, muatan budayanya pengen lebih dipahami juga kenapa budayanya seperti ini,” katanya.
Ia pun juga mengajak para anak muda yang masih awam dengan budaya teh untuk bisa mencoba memahami lebih dalam dan belajar bahwa teh memiliki siklus yang tidak sederhana sehingga sayang jika tidak dipelajari, terlebih Indonesia juga merupakan negara dengan produksi teh yang besar.
Pelanggan Siangming Tea House lainnya yang sudah berusia 70 tahun Hardi Singgih Ongko mengatakan teh telah menjadi kesehariannya dan menyukai belajar teh di Siangming Tea House. Ia pun juga mengoleksi teh hitam karena menurutnya semakin lama disimpan kualitasnya akan semakin baik.
“Yang dikoleksi teh hitam, khasiat masing-masing beda tapi teh hitam bisa disimpan kayak wine, makin lama semakin baik semakin enak, sekali-kali beli teh merah atau teh putih, tapi simpannya nggak bisa bertahun-tahun, kalau teh hitam bisa 50 tahun,” katanya
Selama mengenal teh, Hardi merasa tubuhnya lebih sehat dan lebih menikmati hidup dengan kumpul-kumpul bersama komunitas pecinta teh. Ia juga mengatakan teh merupakan minuman sehat dan perlu diturunkan kepada generasi-generasi lain agar lebih mencintai teh.
Ia juga sedikit memberikan tips untuk menyimpan teh yakni di suhu ruang atau sekitar 25-30, hindari kelembapan agar tidak berjamur dan hindari dari benda-benda yang memiliki bau menyengat, dan simpan di tempat kedap udara.
Varian "best seller" dari Siangming Tea House adalah Pu Erl dengan harga satu cangkir mulai dari 25 ribu rupiah sampai 125 ribu rupiah untuk satu set. Toko ini buka dari jam 11 siang hingga 19:30 WIB. Selain teh, disini juga tersedia beragam menu lainnya untuk bisa dinikmati seperti mie sapi yang menjadi pilihan pelanggan, mie lobak, bakso goreng, sikuaw dan puding mulai dari harga 15-50 ribu rupiah.