Surabaya (ANTARA) - Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Surabaya menertibkan sebanyak 129 pedagang kaki lima (PKL) yang berjualan di bawah kaki Jembatan Suramadu sebagai upaya menciptakan ketenteraman dan ketertiban umum.
Kepala Satpol PP Kota Surabaya M. Fikser mengatakan penertiban dilakukan menyusul banyaknya laporan warga yang merasa terganggu dengan keberadaan PKL di kawasan tersebut.
“Selain karena adanya pesta minuman keras, serta indikasi kegiatan prostitusi dan narkoba, penertiban ini kami lakukan untuk menata kembali wilayah Kenjeran menjadi tertib dan nyaman,” kata Fikser dalam keterangannya di Surabaya, Kamis.
Fikser menjelaskan dalam kegiatan tersebut sebanyak 80 personel Satpol PP diterjunkan dan dibantu petugas dari Dinas Sumber Daya Air dan Bina Marga (DSDABM), TNI-Polri, serta perangkat wilayah setempat.
Petugas, kata dia, juga menyita sejumlah meja, kursi dan tenda yang ditinggalkan di atas trotoar sekitar lokasi tersebut.
Fikser menambahkan, jika sebelum tindakan penertiban dilakukan, pihaknya bersama camat dan lurah setempat terlebih dulu melakukan sosialisasi kepada para pedagang.
“Sebelumnya kami sudah lakukan sosialisasi, kami lakukan pendekatan secara humanis kepada mereka,” ucapnya.
Sementara itu, Camat Kenjeran Yuri Widarko menjelaskan para PKL yang ditertibkan akan direlokasi ke tempat yang telah disiapkan Pemerintah Kota Surabaya.
“Rencananya para PKL akan direlokasi tepatnya di samping SD Negeri Tambak Wedi Surabaya. Saat ini sedang dipersiapkan, sembari dilakukan penyelesaian bangunan oleh rekan DPRKPP,” ujarnya.
Yuri menyebut relokasi tersebut diutamakan bagi PKL yang mempunyai KTP Surabaya, khususnya warga Kelurahan Tambak Wedi, mengingat sebagian pedagang berasal dari luar kota.
“Kami tidak melarang masyarakat mengais rezeki, tetapi kami berharap kawasan ini dapat tertata rapi. Sehingga penilaian masyarakat terhadap kawasan ini lebih positif,” ucapnya.
Untuk mencegah pedagang kembali berjualan di lokasi yang sama, pihak kecamatan akan terus berkoordinasi dengan Satpol PP Kota Surabaya guna melakukan patroli rutin.
“Yang paling penting memang pascapenertiban. Kami meminta bantuan Satpol untuk melakukan penjagaan hingga kawasan benar-benar steril,” tuturnya.