Surabaya (ANTARA) - Sepasang suami istri (pasutri) dosen Universitas Airlangga Surabaya (Unair) Prof Hari Basuki Notobroto dan Prof Dwi Winarni dikukuhkan secara bersamaan sebagai guru besar di kampus setempat pada Kamis.
Prof Hari Basuki Notobroto dikukuhkan menjadi guru besar dalam Bidang Ilmu Biostatistika dan Manajemen Informasi Kesehatan dari Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM). Sedangkan istrinya, Prof Dwi Winarni dikukuhkan menjadi guru besar dalam Bidang Ilmu Histologi Hewan dari Fakultas Sains dan Teknologi (FST).
Prof Dwi Winarni mengaku bersyukur dapat menjalani pengukuhan guru besar bersama sang suami, meskipun proses yang dilalui penuh dinamika.
“Dengan dramanya masing-masing. Tahun sebelumnya beliau lebih dulu diusulkan, tapi terkendala. Tahun berikutnya saya yang diusulkan, tapi saya juga mengalami masalah. Akhirnya, saat saya belum selesai, beliau kembali diusulkan dan ternyata SK kami turun bersamaan,” ujarnya.
Dalam keseharian pasangan ini menjalani kehidupan rumah tangga secara biasa. Namun dalam bidang akademik, mereka saling melengkapi, terutama dalam bidang keilmuan masing-masing.
“Beliau ahli statistik, saya perlu statistik, jadi saya sering bertanya,” ucap Prof Dwi.
Faktor yang paling penting membuat mereka berdua menjadi guru besar secara bersamaan adalah saling menyemangati. "Di usia 60 tahun baru dikukuhkan sebagai guru besar, tentu ini menjadi momen yang sangat bermakna bagi kami berdua," ujarnya.
Penelitian Prof Dwi berjudul "Peran Histologi Hewan dalam Eksplorasi Spesies Teripang Lokal Penghasil Kolagen". Prof Dwi menuturkan penelitiannya tentang kolagen sudah dimulai sejak lima tahun lalu dan secara keseluruhan proses akademik dan riset memakan waktu sekitar 10 tahun.
Dia menjelaskan keanekaragaman hayati laut Indonesia yang sangat tinggi, tersebar di wilayah seluas 5,2 juta km, dengan keragaman khas untuk tiap lokasi, dan banyaknya spesies teripang yang hidup di Indonesia belum teridentifikasi dengan baik, juga kandungan kolagennya.
Di antara yang teridentifikasi, kata dia, diketahui belum atau tidak diperjualbelikan, meskipun di pasaran nasional hal tersebut membuka peluang besar untuk diteliti, mulai hulu hingga hilir. Ilmu dasar seperti histologi hewan berperan di beberapa tahapan identifikasi eksploratif maupun diagnosis.
Dengan kemajuan teknologi, juga ketersediaan digital imaging, memudahkan dan meningkatkan kualitas hasil identifikasi.
"Kandungan kolagen teripang sangat bervariasi, dengan persentase terhadap berat kering kecil mulai dari kurang dari 1 persen hingga 70 persen memungkinkan untuk eksplorasi lebih lanjut baik pada spesies komersial maupun pada spesies-spesies teripang lokal, terutama spesies-spesies yang jumlah populasinya di alam masih aman untuk kepentingan pemanfatannya," ujar Prof Dwi.
Penelitian tentang eksplorasi kandungan bermanfaat yang berasal dari sumber laut, dalam hal ini kolagen dari teripang, harus terus dilakukan bahkan dikembangkan, mengingat potensi komersialnya sangat besar.
Selain itu pemanfaatan kemajuan teknologi wajib dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas hasil pengamatan histologi baik untuk kepentingan identifikasi eksploratif maupun diagnosis.
Sementara itu Prof Hari menyebut tidak ada kiat khusus dalam mencapai jabatan akademik tertinggi ini. “Semua dijalani, tidak direncanakan, mengalir begitu saja,” katanya.
Prof Hari mengaku menjabat sebagai lektor kepala selama lebih dari 20 tahun, padahal biasanya dalam waktu lima tahun sudah bisa mengajukan jabatan guru besar. “Mungkin karena kesibukan,” ucapnya.
Adapun penelitiannya berjudul "Optimalisasi Statistik Rutin Sebagai Dasar Pengembangan Strategi Pencegahan Masalah Kesehatan Masyarakat", yang menyoroti pentingnya pemanfaatan data statistik rutin di institusi pelayanan kesehatan.
“Padahal data itu selalu tersedia dari kegiatan rutin, biayanya juga lebih rendah dibandingkan survei. Namun tantangannya adalah kualitas data yang belum memadai,” tuturnya.