Malang, Jawa Timur (ANTARA) - Guru Besar Universitas Brawijaya (UB) Prof Aida Sartimbul menggagas "AI for Dynamics-ecosystem Analiys from UB" (AIDA UB) sebagai model tata kelola ekosistem kelautan yang mengedepankan pendekatan holistik.
Prof Aida di Kota Malang, Jawa Timur, Rabu, mengatakan ide melahirkan AIDA UB didasari dampak aktivitas penangkapan ikan terhadap kelestarian ekosistem laut.
"AIDA UB mengintegrasikan data ekosistem secara kompleks yang merupakan interaksi antara sumber daya (laut) dan aktivitas penangkapan (ikan)," kata Prof Aida.
Metode AIDA yang digagasnya mengintegrasikan aspek dinamika ekosistem laut, melalui pendekatan teknologi envirovemental DNA (eDNA), kecerdasan buatan (AI), dan otomatisasi.
"Induksi teknologi AI membantu kendala dalam perolehan, penyimpanan, dan analisa pada big data, seperti eDNA," ujarnya.
Menurut dia, aktivitas penangkapan ikan jika tak dibarengi adanya metode pengawasan yang bersifat menyeluruh, dikhawatirkan akan mengganggu kondisi habitat di laut, seperti terjadi pada populasi ikan lemuru di Muncar yang turun sejak beberapa tahun lalu.
"Ikan lemuru yang sama seperti ikan purin identik dengan ikan acovy di Pasifik Timur, dia juga menghasilkan kurang lebih 90 persen dari produksi total Indonesia," kata dia.
Karena bersifat holistik, maka AIDA UB juga menjangkau aspek kondisi iklim yang telah mengalami perubahan drastis, termasuk dengan peningkatan suhu permukaan air laut.
"Suhu permukaan air laut itu meningkat mulai kutub ke kutub sampai ke khatulistiwa sekitar 0,6 derajat sampai 0,7 derajat Celsius, memang beberapa (jenis) ikan bisa beradaptasi tapi bagaimana dengan hidup organisme yang pergerakannya lambat," ujarnya.
Lebih lanjut ketika keberadaan ikan yang yang memegang kunci rantai makanan hilang, kata dia, tentu akan berdampak langsung terhadap ikan jenis lain, seperti tuna, tongkol, dan cakalang serta pemenuhan kebutuhan gizi manusia.
"Ikan lemuru adalah ikan yang mempunyai kandungan gizi yang sangat tinggi, omega 3-nya itu kurang lebih 25 persen lebih dari berat tubuh ikan itu sendiri. Sehingga asumsinya dengan kita memakan itu, maka bisa memenuhi kebutuhan omega 3 yang tidak bisa diproduksi dalam tubuh kita," ujarnya.
Prof Aida berharap kehadiran AIDA UB bisa mengurangi dampak penangkapan ikan yang dilakukan terhadap kondisi kelestarian ekosistem kelautan, khususnya di Indonesia.
"Harapannya bisa memperkecil dampak usaha perikanan di masa lampau yang hanya berfokus pada optimalisasi alat tangkap, mesin kapal, dan jumlah tangkapan ikan, tanpa mempertimbangkan faktor lingkungan," ucap dia.
AIDA UB mampu mengantarkan Prof Aida Sartimbul meraih gelar profesor aktif ke-26 Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) serta ke-227 untuk lingkup UB.