Surabaya (ANTARA) - Pengurus Wilayah Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU) Jawa Timur menyoroti terkikisnya dakwah ramah yang disampaikan dengan penuh kelembutan, kasih sayang, menjadi munculnya penyeru dakwah (da'i/ da'iyah) yang suka mencaci maki hingga mengarah pada provokasi selama tahun 2024.
"Globalisasi telah menjadikan semua manusia terkoneksi antara satu dengan yang lain, sehingga ada kemudahan dalam menyampaikan petuah dakwah secara real time ke banyak jamaah telah terfasilitasi dengan berbagai macam platform digital," kata Wakil Sekretaris PWNU Jatim KHM Wafiyul Ahdi di Surabaya, Sabtu.
Didampingi Ketua PW LDNU Jatim KH Syukron Djazilan saat menyampaikan Catatan Akhir Tahun 2024 LDNU Jatim, Gus Wafi menjelaskan para pendakwah yang merupakan penyeru nilai-nilai ketuhanan dan kemanusiaan dituntut untuk mengedepankan kasih sayang dan kedamaian di antara sesama umat manusia. Itulah ruh dakwah Ahlussunah waljamaah (Aswaja) An-Nahdliyah.
"Itu sejalan dengan nilai-nilai ramah dalam dakwah yang diajarkan Al Quran Surat Nahl ayat 125 : Serulah (ummat manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah (kebijaksanaan) dan pelajaran yang baik, dan bantah lah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk," katanya.
Dakwah Aswaja An-Nahdliyah itu menyeru dengan kasih sayang dengan pendekatan suhbah (persahabatan) dan ketauladanan, namun perjalanan dakwah di tahun 2024, memunculkan penyeru dakwah yang suka mencaci maki, provokasi, mudah menyalahkan dan membid’ahkan golongan lain, sehingga berpotensi memecah belah masyarakat dan bangsa.
"Masifnya gerakan dakwah golongan tertentu yang mudah menyalahkan itu perlu memaksimalkan dakwah Aswaja an-Nahdliyah melalui platform digital, sehingga mampu menjangkau berbagai kalangan yang ada. Di era digital ini, para dai/daiyah Aswaja An-Nahdliyah harus mampu membangun personal branding sebagai seorang dai untuk mendapatkan kepercayaan dan diakui oleh masyarakat," katanya.
Untuk itu, PW LDNU Jatim akan menyelenggarakan Pendidikan dan pelatihan dai/daiyah Aswaja an-Nahdliyah dan membuat standar kompetensi seorang dai/daiyah Islam rahmatan lil’alamin yang ramah dan menyatukan umat manusia, serta melaksanakan program Safari Dakwah Aswaja An-Nahdliyah dan menyelenggarakan Pendidikan dan Pelatihan Dai/Daiyah NU Milenial.
"Kami juga akan bekerja sama dengan berbagai pihak, termasuk PW LTN NU Jawa Timur untuk memaksimalkan dakwah digital melalui podcast dakwah, mengoptimalkan penggunaan media sosial dakwah, IG, Youtube, TikTok, dan WA Dakwah Center.
Selain itu, Lembaga Dakwah PWNU Jawa Timur juga melakukan kolaborasi dakwah dengan media cetak dan elektronik," kata Wakil Sekretaris PWNU Jatim yang membidangi dakwah itu.
Terkait perkembangan dunia digital/online, PW Lembaga Penyuluhan dan Bantuan Hukum Nahdlatul Ulama (LPBH NU) Jatim menyoroti dua kasus yang mengemuka selama 2024, yakni judi online (Judol) dan pinjaman online (Pinjol).
"Penegakan hukum sudah sukses, tapi pencegahan belum maksimal, karena itu perlu pelibatan tokoh agama dan pesantren," kata Ketua PW LPBH NU Jatim H Sullamul Hadi.
Oleh karena itu, Ketua PWNU Jawa Timur KH Abdul Hakim Mahfudz berharap dukungan LTN.
"Dengan prinsip al-muhafadhotu ‘ala qodimis sholih wal akhdzu bi jadidil ashlah (memelihara tradisi lama yang baik dan mengambil kebiasaan baru yang lebih baik), saya berharap LTN NU Jatim dapat mempublikasikan karya ulama NU, kebijakan jam'iyah NU, dan program lembaga/banom NU melalui konten digital dan platform digital, sehingga NU memiliki relevansi di era kekinian," kata Kiai Kikin.