Surabaya (ANTARA) - Presiden Amerika Serikat Donald Trump baru saja menandatangani kebijakan perdagangan baru bernama The Fair and Reciprocal Plan, yang merupakan rencana besar untuk mengubah cara Amerika berdagang dengan dunia.
Inti dari kebijakan ini adalah keinginan Amerika untuk memperbaiki ketimpangan dalam hubungan dagangnya dengan negara lain. Amerika ingin semua negara memberikan perlakuan yang adil dan seimbang dalam perdagangan.
Kalau Amerika membuka pasar dan menurunkan pajak impor atau yang biasa dikenal dengan sebutan tarif, maka negara lain juga harus melakukan hal yang sama. Jika tidak, Amerika akan mulai menaikkan tarif untuk melindungi produknya sendiri.
Lalu pertanyaannya, apa pengaruh kebijakan ini bagi Indonesia? Apakah ini menjadi ancaman, atau peluang untuk bangkit? Ketika Amerika main keras, Indonesia perlu main cerdas
Perdagangan dunia lebih ketat dan saling serang
Saya mengutip ucapan Trump "Kalau kamu mengenakan pajak tinggi ke produk saya, saya juga akan balas dengan tarif tinggi ke produkmu."
Contohnya, India mengenakan pajak 100 persen terhadap ke motor buatan Amerika, sementara produk serupa buatan India hanya dikenakan tarif 2,4 persen oleh AS. Uni Eropa bebas ekspor kerang ke Negeri Paman Sam, tapi melarang sebagian besar kerang dari Amerika ke Eropa.
Trump tidak terima dengan perlakuan ini, dan mulai mengambil langkah balasan. Ini bisa menyebabkan perang dagang antara negara-negara besar.
Dampaknya? Dunia usaha jadi penuh ketidakpastian, rantai pasok bisa terganggu, harga bahan baku naik dan negara seperti Indonesia bisa ikut kena imbasnya.
Indonesia memang bukan target utama dalam kebijakan ini. Tapi tetap saja, kita perlu waspada.
Kenapa? Karena jika negara besar seperti Tiongkok atau India dikenai tarif tinggi oleh Amerika, mereka bisa membanjiri negara lain, termasuk Indonesia dengan barang murah mereka, yang mengakibatkan produk lokal kalah saing.
Selain itu, jika perdagangan global terganggu, permintaan ekspor Indonesia juga akan ikut menurun. Ini berbahaya, terutama bagi sektor seperti tekstil, makanan olahan, dan elektronik ringan yang banyak bergantung pada pasar luar negeri.
Tetapi seperti kata pepatah , dibalik tantangan, ada peluang. Indonesia jangan hanya fokus pada ancaman saja, namun, jika kita bisa memanfaatkan momentum dan tantangan, ini justru akan menjadi peluang.
Perusahaan-perusahaan besar dari Amerika dan Eropa akan mencari negara baru untuk produksi barang. Jika sebelumnya mereka di Tiongkok, sekarang mungkin akan pindah ke negara lain yang lebih netral.
Dalam hal ini, Indonesia bisa jadi pilihan, tentunya jika kita siap. Peluang ekspor produk lokal ke negara nonAmerika juga bisa meningkat, misalnya ke Timur Tengah, Afrika, atau negara tetangga ASEAN.
Apa yang Harus Dilakukan Indonesia?
Ada beberapa strategi dalam memenangkan persaingan, pertama kita harus memperkuat industri dalam negeri. Indonesia harus memperkuat kualitas dan daya saing produk lokal, supaya bisa bersaing di dalam dan luar negeri.
Kemudian, membuka pasar baru untuk ekspor. Indonesia sudah tidak dapat hanya bergantung pada Amerika atau Tiongkok, sehingga perlu mencari pasar-pasar baru yang belum digarap maksimal.
Selain itu, permudah izin usaha dan investasi. Jika ingin menarik perusahaan asing pindah ke Indonesia, maka proses investasi harus cepat, transparan, dan bebas pungli.
Terakhir, aktif dalam diplomasi perdagangan, dimana pemerintah harus lebih aktif memperjuangkan kesepakatan dagang yang menguntungkan Indonesia, baik lewat ASEAN maupun perjanjian bilateral.
Dunia sedang berubah, dan kita harus siap. Kebijakan Fair and Reciprocal Plan adalah sinyal bahwa perdagangan global tak akan semudah dulu. Negara besar mulai fokus pada kepentingannya sendiri, sementara kita tak bisa pasrah, tapi juga tak perlu takut.
Indonesia harus gesit, kompak, dan berani ambil peluang. Dunia usaha, pemerintah, dan masyarakat harus berjalan seiring.
Kadin Surabaya siap membantu pelaku usaha menavigasi tantangan global ini. Kita percaya, dengan kerja keras dan kolaborasi, Indonesia bisa bukan hanya bertahan tapi menang di tengah perubahan dunia.
*) Penulis adalah Ketua Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Kota Surabaya
Fair trade ala Trump: Apa artinya bagi pelaku usaha Indonesia?
Kamis, 3 April 2025 18:25 WIB

Ketua Kadin Surabaya H.M. Ali Affandi L.N.M saat ditemui wartawan di sela kegiatannya di Surabaya, beberapa waktu lalu. (ANTARA/HO-Kadin Surabaya)