Surabaya (ANTARA) - Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf menyatakan bahwa dengan menjadi pengurus organisasi Islam terbesar di Indonesia itu bukan hanya dijadikan wadah untuk mendapatkan kekuasaan.
"Jadi, kita ber-NU itu awalnya perlu bertanya, kita itu mau apa? Apa mau berkuasa dengan segala cara, tentu bisa saja, tapi apa ya tega," katanya dalam Gebyar Ramadhan Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jatim di Surabaya, Selasa.
Namun, Gus Yahya menyarankan agar siapapun yang menjadi pengurus NU untuk kembali ke persepsi para muassis atau pendiri NU yang berikhtiar untuk kemaslahatan umat secara umum.
Ia menjelaskan, sebagai seseorang yang memiliki peran sebagai pemimpin atau bisa dianalogikan sebagai tukang masak dalam organisasi, masih perlu upaya besar untuk membangun tata kelola yang lebih baik.
"Saya sendiri sudah mendedikasikan diri untuk menjadi tukang masak yang dirasakan enak bagi siapapun, meski selera beda-beda. Sebagai tukang masak, saya membangun konsolidasi yang jadi, tata kelola yang lebih baik. Yang penting, orang jam'iyah/organisasi ya berperilaku jam'iyah/prosedural," katanya.
Pandangan senada juga diungkapkan Katib Aam PBNU KH Akhmad Said Asrori.
"Ber-NU itu ya niat berkhidmat kepada umat secara Lillaahi Ta'ala dan mengharapkan ridho Allah, karena NU itu organisasi yang sudah on the track dengan tuntunan para kiai," katanya.
Sementara itu, Ketua PWNU Jatim KH Abdul Hakim Mahfudz (Gus Kikin) menyatakan nilai penting dari Ramadhan adalah kebersamaan dalam bentuk silaturahim dan empati kepada sesama.
"Kebersamaan itu penting untuk bangsa ini," ujarnya.
Acara ini dihadiri pengurus NU se-Jatim itu juga dihadiri Sekjen PBNU dan Mensos H Syaifullah Yusuf, Gubernur Jatim Hj Khofifah Indar Parawansa dan Kepala BPN Jatim, Asep Heri yang juga Panglima Wakaf PWNU.
Ketum PBNU: Jadi pengurus itu bukan soal kekuasaan
Selasa, 25 Maret 2025 21:44 WIB

Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf, dalam acara Gebyar Ramadhan PWNU Jatim di Surabaya, Selasa (25/3/2025). (ANTARA/ HO - PWNU Jatim)
Jadi, kita ber-NU itu awalnya perlu bertanya, kita itu mau apa? Apa mau berkuasa dengan segala cara, tentu bisa saja, tapi apa ya tega.