Surabaya (ANTARA) - Pengamat politik Universitas Trunojoyo Madura (UTM) Surokim Abdussalam menilai Jawa Timur merupakan daerah dengan arena politik yang unik dan susah ditebak oleh para calon yang mengikuti kontestasi pemilihan kepala daerah (Pilkada).
"Ragam geo politiknya beda-beda. Orang bisa kuat di Madura tapi belum tentu kuat di Mataraman, wilayah Arek, Pandalungan atau mungkin Pantai Utara," katanya saat dihubungi ANTARA di Surabaya, Selasa.
Surokim menuturkan Jatim menjadi arena politik yang unik dan susah ditebak lantaran provinsi ini memiliki beragam kondisi geografis dan karakter daerah yang berbeda-beda.
Hal tersebut pada akhirnya mempengaruhi pembentukan karakter masyarakat yang plural sehingga dibutuhkan ketepatan dan ketelitian dalam membuat strategi politik.
"Tipikal masyarakatnya sangat berbeda, ada yang metropolitan seperti Surabaya, ada yang sangat religius, dan ada yang tradisional sehingga butuh strategi yang ekstra," ujarnya.
Selain itu, Surokim yang sekaligus merupakan peneliti senior Surabaya Survei Center (SSC) ini menuturkan waktu yang mepet menjadi tantangan tersendiri untuk para pembuat strategi bagi setiap pasangan calon kepala daerah.
"Waktu yang mepet ini menjadi problem juga bagi calon karena untuk menjangkau 30 juta pemilih ini bukan sesuatu yang gampang," katanya.
Menurutnya, bagi calon kepala daerah yang memiliki jurus elektoral banyak maka dia yang akan memenangkan persaingan.
"Tidak hanya menggarap wilayah urban kalangan menengah,tetapi juga bagai mana menggarap pemilih prural dan pedesaan dengan area yang sangat luas di Jawa Timur," ujar Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Budaya UTM ini.
Diketahui dalam tahapan pendaftaran pemilihan kepala daerah ada sebanyak tiga bakal pasangan calon yang daftar ke Komisi Pemilihan Umum (KPU) Jawa Timur yakni Khofifah Indar Parawansa - Emil Elestianto Dardak, Tri Rismaharini - Zahrul Azhar Asumta dan Luluk Nur Hamidah - Lukmanul Khakim.