Mojokerto (ANTARA) -
Direktur Deradikalisasi Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Ahmad Nurwakhid dan Sekjen Komisi Orang Hilang dan Tindak Kekerasan (Kontras) Andy Irfan Junaedi mengajak civitas akademika Universitas Bina Sehat (UBS) PPNI Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur menjauhi kekerasan di kampus.
Hal itu dikatakan saat kuliah pakar dengan tema "Premanisme Sebagai Kejahatan Sosial dan Musuh Bersama Masyarakat" dengan peserta civitas akademika mulai dari para mahasiswa, dosen pengajar hingga pengurus kampus.
"Premanisme yaitu perilaku yang bertentangan dengan hukum dan norma-norma sosial serta memaksa orang lain untuk mematuhi kehendak mereka atas dasar kekerasan atau intimidasi," kata Ahmad Nurwakhid, Kamis.
Ia menyebut, ada beberapa penyebab mengapa organisasi preman bisa berkembang di Indonesia di antaranya karena faktor kemiskinan, kesulitan mendapatkan pekerjaan yang layak, dan tidak efektifnya sistem keadilan di Indonesia.
"Selain itu, Budaya kekerasan juga berdampak besar pada berkembangnya premanisme di Indonesia," tuturnya.
Sementara itu, Rektor UBS PPNI Mojokerto, Windu Santoso mengatakan pemberian materi terkait premanisme ini sangat penting bagi masyarakat kampus.
Sebab menurutnya, premanisme dan segala bentuknya merupakan ancaman serius bagi bangsa. Tidak hanya merusak fisik namun juga menghancurkan keamanan.
"Sebagai rektor saya merasa penting karena kampus harus menanamkan nilai keadilan dan kebenaran. Dalam konteks akademis harus diakui bahwa premanisme tidak hanya berdampak pada kampus tapi juga pada mahasiswa," ujarnya.
Windu juga mengajak seluruh elemen kampus UBS PPNi untuk bersama-sama menentang aksi premanisme. Dan bersatu menjadikan lingkungan kampus yang aman dan lebih tegas menentang premanisme.
"Kita punya kesempatan untuk membangun lebih dalam tentang wawasan premanisme. Mari kita jadikan dan lawan premanisme dan menolak budaya kekerasan," katanya.(*)