Surabaya (ANTARA) - Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Surabaya bersama kelompok tani asal Kelurahan Made, Kecamatan Sambikerep, memanen tiga ton padi ysng diharapkan dapat menekan harga beras.
"Panen padi ini upaya kami untuk menekan harga beras. Jadi kebetulan kelompok tani Sendang Biru yang ada di Kecamatan Sambikerep, hari ini panen padi jenis premium, Ir 64," kata Kepala DKPP Kota Surabaya Antiek Sugiharti dalam keterangan resminya di Surabaya, Sabtu.
Antiek menyebut panen padi di Kelurahan Made merupakan kali pertama dilaksanakan di tahun 2024.
"Satu tahun panen padi bisa tiga kali kalau cuaca tidak hujan," ujarnya.
Dia menjelaskan, hasil panen yang didapatkan hari ini sepenuhnya diperuntukkan bagi masyarakat kelurahan setempat.
Padi sebanyak tiga ton tersebut, kata dia, mampu memenuhi kebutuhan seluruh warga di Kelurahan Made selama setahun mendatang.
"Yang panen di sini kebetulan ini bisa untuk mencukupi kebutuhan di kampung ini dalam setahun. Jadi tidak dijual, sehingga meminimalkan kebutuhan beras dan tidak membeli beras dari luar," ujarnya.
Selain padi, DKPP bersama kelompok tani juga memanen komoditas lainnya, yakni cabai dan kacang panjang.
Dia menyebut untuk cabai, panen kali ini menjadi kelima yang dilakukan dan kacang panjang sudah 12 kali.
Penanaman komoditas pertanian yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya bersama kelompok tani menggunakan pola tumpangsari untuk menghindari serangan hama.
"Kami kombinasikan, mengobatinya dengan cara alami, sekaligus bisa dipanen. Kalau dilihat cabai yang tidak diberikan tumpangsari diserang hama, tetapi kalau yang ada tumpangsarinya dia tidak bisa diserang hama," kata dia.
"Tumpangsarinya adalah kacang panjang, sehingga tidak bisa diserang hama," lanjutnya.
Sementara itu, Ketua Kelompok Tani Sendan Biru Mulyo Suliono mengatakan warga di Kelurahan Made sangat terbantu dengan adanya panen raya ini. Sebab, kebutuhan beras di Kelurahan itu sudah tercukupi hingga setahun ke depan.
"Ketika ada hajatan, masing-masing warga ada yang menyumbang beras, kadang ada beras satu kilo itu tidak habis, karena warga di sini rukun dan gotong royongnya kuat," ujarnya.
Selain itu, dia berharap pemkot bisa memberikan peralatan bertani untuk memaksimalkan hasil panen, salah satunya adalah drone sprayer.
"Mengingat kecepatan serangan organisme pengganggu tanaman (OPT) dengan penanganan, kalau dengan alat itu bisa lebih cepat, satu hektar bisa cuma 20-30 menit," kata dia.