Surabaya (ANTARA) - Fungsional Statistik Ahli Madya Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur Umar Syarifudin menyatakan peristiwa yang masih mempengaruhi terjadinya inflasi di wilayah, seperti kenaikan harga beras, penyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM) nonsubsidi, kenaikan harga cabai rawit, hingga kenaikan tarif tol.
"Terutama masih tingginya harga beras dipengaruhi oleh beberapa faktor, yakni musim tanam gadu, penurunan luas panen faktor cuaca seperti El Nino serta kebijakan pemberhentian ekspor beras oleh India," kata Umar Syarifudin dalam keterangannya yang diterima di Surabaya, Jumat.
Di sisi lain, kata dia, pada Oktober 2023 inflasi bulanan (mtm) gabungan delapan kota mengalami penurunan sebesar 0,05 persen dibanding bulan sebelumnya.
Umar menjelaskan pada September 2023 mencapai angka 0,32 persen, sementara pada Oktober 0,27 persen, dengan yang tertinggi dari Kabupaten Sumenep yakni mencapai 0,63 persen dan terendah di Kabupaten Banyuwangi sebesar 0,04 persen.
"Sementara yang lain, Surabaya berada di angka 0,27 persen, Malang 0,26 persen, Madiun 0,22 persen, Probolinggo 0,22 persen, Kediri 0,20 persen dan Jember 0,10 persen," ucapnya.
Jika dirinci, lanjutnya, komoditas yang masih menjadi penyebab inflasi pada Oktober 2023 yakni beras, andilnya mencapai 0,08 persen, BBM di angka 0,06 persen, cabai rawit yang mempunyai andil 0,04 persen, tarif jalan tol 0,02 persen dan emas perhiasan sebesar 0,01 persen.
"Inflasi pada Oktober 2022 dan 2023 memiliki persamaan, keduanya dipicu oleh kenaikan beras dan bensin sebagai penyumbang inflasi terbesar," tuturnya.
Menurut dia, kenaikan harga beras terjadi sejak Agustus 2022 yang berangsur naik hingga saat ini, meskipun pada Mei hingga Juli 2023 harga beras mengalami penurunan.
"Pergerakan naik harga beras selama dimulai pada Agustus 2022, dengan tingkat inflasi komoditas beras adalah 1,62 persen dan andil sebesar 0,08 persen pada Oktober 2023," ujarnya.
Sebelumnya, Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa meluncurkan penyaluran bantuan pangan pemerintah tahap kedua selama tiga bulan yang disalurkan pada September hingga November 2023.
Khofifah menyampaikan total bantuan beras yang disalurkan untuk tahap kedua sebanyak 102 ribu ton untuk 3,4 juta keluarga penerima manfaat (KPM) di Jawa Timur.
Selanjutnya, pada setiap bulannya akan disalurkan 34 ribu ton beras serta setiap KPM menerima bantuan sejumlah 10 kilogram beras selama tiga bulan.
Orang nomor satu di Pemprov Jatim tersebut berharap penyaluran bantuan pangan bisa menjadi penetrasi terhadap kenaikan harga beras di pasar, sedangkan di satu sisi kenaikan gabah kering giling (GKG) dan gabah kering panen (GKP) bisa memberikan manfaat bagi para petani.