Madiun (ANTARA) - Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Madiun Abdul Azis menyatakan kenaikan harga yang terjadi pada sejumlah komoditas hortikultura mempengaruhi terjadinya inflasi month to month (m-to-m) di wilayaj setempat pada November 2025 sebesar 0,13 persen.
"Perubahan cuaca membuat hasil panen tidak optimal. Sementara permintaan cenderung tetap bahkan meningkat, sehingga harga ikut naik," ujar Azis di Madiun, Rabu.
Ia menjelaskan, sejumlah komoditas hortikultura yang mengalami kenaikan adalah harga tomat yang melonjak 74,13 persen, diikuti mentimun 26,40 persen, terong 18,91 persen, wortel 20,60 persen, bawang merah 7,87 persen, cabai rawit 4,21 persen, jeruk 8,31 persen, serta ikan nila 14,12 persen.
Menghadapi momentum Natal 2025 dan Tahun Baru 2026, pihaknya menegaskan pentingnya menjaga ketersediaan bahan pangan pokok seperti beras, minyak goreng, telur, daging ayam ras, dan komoditas utama lain untuk menghindari lonjakan harga.
Ia juga menyoroti program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang melibatkan banyak dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG), berpotensi menambah permintaan sehingga penyiapan stok perlu lebih matang.
"Permintaan meningkat, sehingga manajemen stok harus benar-benar diperhatikan," katanya.
Azis juga mengimbau kewaspadaan terhadap potensi banjir akibat curah hujan tinggi. Gangguan distribusi dari produsen ke Kota Madiun dapat memicu kenaikan harga lanjutan.
Dari dari 11 kabupaten/kota penghitung IHK keseluruhannya mengalami inflasi, dengan tertinggi terjadi di Kota Surabaya yaitu 0,21 persen (mtm) sedangkan inflasi terendah Banyuwangi yaitu 0,07 persen (mtm).
Sementara kota/kabupaten lain meliputi Kediri 0,19 persen, Gresik 0,19 persen, Bojonegoro 0,19 persen, Tulungagung 0,18 persen, Sumenep 0,17 persen, persen, Malang 0,16 persen, Probolinggo 0,15 persen, Madiun 0,13, dan Jember 0,08 persen.
