Surabaya (ANTARA) - Pemerintah Kota Surabaya menyediakan layanan Pusat Pembelajaran Keluarga hingga di Balai Rukun Warga (RW) sebagai upaya penguatan ketahanan keluarga yang dimulai dari metode pola asuh pada anak atau parenting yang tepat bagi anak.
"Kami sudah berjalan seperti di Balai RW 5 Kelurahan/Kecamatan Genteng sebagai Puspaga (Pusat Pembelajaran Keluarga). Di sana juga sudah berjalan program Sinau dan Mengaji Bareng," kata Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi dalam keterangan tertulisnya di Surabaya, Jumat.
Puspaga merupakan layanan konseling atau konsultasi yang dilakukan secara langsung maupun secara daring mengenai anak, remaja, keluarga, anak berkebutuhan khusus, hingga calon pengantin (catin). Layanan fasilitas tersebut berupa sosialisasi, edukasi, dan informasi.
Serta, bimbingan masyarakat melalui kegiatan catin, kelas parenting, Puspaga Balai RW, Talkshow Ngobrol Asik Bareng Puspaga (Ngobras), Live IG (siaran langsung melalui aplikasi Instagram)/Webinar Parenting Jumat Seru, dan publikasi komunikasi informasi edukasi media cetak dan elektronik.
Selain menjadi sarana pembelajaran dan konseling bagi para orang tua di Kota Pahlawan, Puspaga juga menyediakan bimbingan konseling pranikah. Sebab, Puspaga memberikan berbagai layanan fasilitas untuk meningkatkan kemampuan dalam mengatasi persoalan anak dan keluarga. Semua fasilitas yang diberikan oleh Puspaga dapat diakses secara gratis oleh seluruh warga Kota Surabaya.
Baca juga: Pemkot Surabaya genjot kerja sama demi tarik kedatangan investor
"Puspaga juga memberikan perlindungan terhadap perempuan dan anak. Selain itu pemenuhan hak anak di tingkat RW bagi keluarga berjejaring banyak pihak, serta masyarakat pemerhati keluarga khususnya perempuan dan anak," kata Cak Eri panggilan akrab Eri Cahyadi.
Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak serta Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3A-P2KB) Surabaya Ida Widayati mengatakan, saat ini, 207 Balai RW di Surabaya telah membuka layanan Puspaga dengan memberikan bimbingan konseling bagi orang tua untuk memahami peran mereka dalam membentuk karakter anak.
"Dari sisi petugas kita sudah bekerjasama dengan beberapa perguruan tinggi di Surabaya, termasuk mahasiswa penerima beasiswa yang difasilitasi oleh Pemkot Surabaya. Mereka membantu kami mendata beberapa kasus yang membutuhkan psikolog profesional maupun konselor yang ada di DP3A-P2KB," kata Ida.
Ida mengaku, DP3A-P2KB Surabaya membutuhkan banyak volunteer (relawan) yang bergelar sarjana psikologi dalam pelaksanaan Puspaga di Balai RW. Sebab, jika belum menyelesaikan pendidikan tersebut, mereka belum bisa menerima konseling.
Untuk itu, ia berharap semakin banyak lulusan yang telah menyandang gelar sarjana psikologi dapat bekerja sama dengan Pemkot Surabaya dalam memberikan pelayanan kepada warga melalui Puspaga di Balai RW.
"Kami masih berupaya untuk menjaring itu karena membutuhkan banyak tenaga untuk Puspaga di Balai RW. Sebab, layanan Puspaga berjalan bersamaan. Semoga ke depan banyak yang bisa bergabung," ujarnya.