Pemerintah Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, mendorong para guru Pendidikan Agama Islam (PAI) di daerah itu memiliki kompetensi sosial supaya menjadi pribadi yang bermanfaat bagi orang banyak.
"Kompetensi sosial itu melengkapi peran seorang guru. Bagaimana bisa memberikan manfaat di luar tugasnya sebagai pendidik atau pemberi materi pendidikan tapi menjadi pribadi yang bermanfaat bagi orang banyak. Itulah hal yang melengkapi peran seorang guru," kata Wakil Bupati Pasuruan Abdul Mujib Imron (Gus Mujib) di sela membuka Diklat Pendidikan Implementasi Kurikulum Merdeka Belajar (IKM) bagi ratusan Guru PAI se-Kabupaten Pasuruan yang diselenggarakan di Gedung Serbaguna Kabupaten Pasuruan, Senin.
Ia mengatakan guru agama berada di bawah Kementerian Agama dan Dinas Pendidikan akan tetapi induknya sama.
Oleh karenanya, kata dia, dengan diklat ini semua guru PAI diharapkan bisa menggali ilmu sebanyak-banyaknya.
“Mau tidak mau, suka tidak suka kita harus masuk ke kurikulum merdeka. Untuk itu mudah–mudahan melalui diklat ini semua guru PAI bisa mengikuti program program yang diajarkan dan dapat menggali sebanyak-banyaknya ilmu yang diajarkan," katanya.
Dijelaskan Gus Mujib, guru PAI memiliki peran cukup vital. Bukan hanya sebagai pendidik melainkan juga menjadi teladan, pembimbing dan pengajar, sebagai administrator dan sebagai pembina umat.
Ia menegaskan bahwa dengan hadirnya kurikulum merdeka, setiap guru dituntut untuk mampu menggali kemampuan dari peserta didiknya.
"Kurikulum merdeka ini fokus kepada materi esensial dan menuntut fleksibilitas guru untuk melakukan pembelajaran yang terdiferensi sesuai kemampuan peserta didik. Saya yakin semua guru sanggup untuk mengimplementasikan di sekolah masing-masing," ucapnya.
Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Pasuruan Hasbullah menambahkan kurikulum merdeka adalah kurikulum dengan pembelajaran ekstrakurikuler yang beragam.
Dengan kurikulum ini, kata dia, pembelajaran nantinya akan bisa dimaksimalkan agar peserta didik memiliki cukup waktu untuk mendalami konsep dan memperkuat kompetensinya.
"Kurikulum merdeka ini dikembangkan dengan lebih fleksibel dan berfokus pada materi esensial dan pengembangan karakter dan kompetensi peserta didik. Karakteristik yang digunakan dalam kurikulum ini adalah pembelajaran berbasis proyek untuk pengembangan soft skill (keterampialan) dan karakter sesuai profil pelajar Pancasila," ujarnya.