Banyuwangi (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur berkomitmen dan konsisten untuk terus mengusung kearifan lokal di setiap desain arsitektur bangunan publik di kabupaten ujung timur Pulau Jawa itu.
Terbaru, penataan Stasiun Banyuwangi Kota juga mengusung desain arsitektur yang kental dengan sentuhan budaya Osing (suku asli Banyuwangi).
"Seperti halnya Bandara Banyuwangi yang mengusung desain kearifan lokal dan telah meraih penghargaan arsitektur terbaik dunia," kata Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani di Banyuwangi, Jumat.
Ipuk menyampaikan terima kasih kepada PT KAI yang turut mengusung budaya lokal dalam pembangunan dan penataan Stasiun Banyuwangi Kota.
"Semoga ini menjadi ikon baru dan bisa dinikmati oleh para penumpang dan warga Banyuwangi," ujarnya.
Renovasi Stasiun Banyuwangi Kota tersebut diresmikan langsung oleh Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia (KAI) Didiek Hartantyo, pada Jumat (3/1).
Pengembangan dan penataan Stasiun Banyuwangi Kota tersebut mengusung desain arsitektur Osing, tak hanya bagian bangunannya, berbagai ornamen stasiun terpadat di Banyuwangi itu juga menonjolkan kekhasan arsitektur rumah adat Osing.
Bangunan baru ini mengangkat tema "Ethnic Vernakular serta Modern" yang merupakan ekspresi budaya etnis yang tercermin dalam arsitektur vernakular, yang tercipta pada bentukan atap khas Banyuwangi, yakni atap Rumah Adat Osing.
Sementara unsur modern dibentuk pada pemilihan material terkini seperti clay material, homogenous tile, serta unsur kearifan Nusantara yang dibuat modern.
Pembangunan di Stasiun Banyuwangi Kota meliputi gedung stasiun baru, perluasan dan penataan parkir, ruang terbuka untuk umum, serta selasar untuk alur penumpang.
Selain itu, juga memberikan kenyamanan bagi disabilitas dengan dibangun beberapa fasilitas pendukung, seperti toilet khusus difabel dan guide block bagi penyandang tunanetra.