Surabaya (ANTARA) - Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi menyinggung soal tarif air bersih milik Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Surya Sembada yang tidak pernah naik sejak puluhan tahun lalu.
Eri Cahyadi kepada wartawan di Surabaya, Kamis, mengatakan, kalau tarif PDAM selama itu sama antara rumah kecil dan rumah besar, maka itu kebalik jadinya.
"Seharusnya ada perbedaan tarif, misalnya rumah di klaster perkampungan dengan klaster rumah mewah. Wong bayar PBB (Pajak Bumi Bangunan)-nya juga beda. Ini harus diubah jangan pernah takut. Kalau begini terus akhirnya si miskin mensubsidi yang kaya," ujar Wali Kota Eri.
Selain itu, Wali Kota Eri juga menyinggung keluhan warga kampung Blauran Kidul Gang 1 yang tidak mendapatkan air PDAM sejak 10 tahun karena jaringan pipa rusak.
"Kawasan Blauran menjadi prioritas, dan ini menjadi catatan nanti ke teman-teman," kata Eri.
Lebih lanjut, Eri mengatakan, PDAM Surabaya punya kontrak kinerja dengan dirinya seiring dengan terpilihnya direktur utama PDAM Surya Sembada yang baru, Arif Wisnu Cahyono.
"Kami punya target bahwa di tahun 2023 tidak ada lagi wilayah di Surabaya yang tidak teraliri air PDAM. Itu janji Dirut PDAM," ujar dia.
Eri menambahkan, ada beberapa penyebab di beberapa titik wilayah tidak bisa teraliri air PDAM, misalnya tidak ada pipa utama, kemudian tidak ada pipa kecil-kecil yang masuk ke kampung.
Berdasarkan keterangan dari pihak PDAM Surya Sembada, lanjut dia, kehilangan air akibat kebocoran dan kerusakan pipa cukup tinggi. "Kalau pipa itu segera diganti akan meniadakan kebocoran air sehingga wilayah lain bisa teraliri," ujar dia.
Menurut Eri, untuk perbaikan itu PDAM bisa mengundang investor untuk turut berinvestasi, sehingga tidak pakai uang PDAM. "Makanya kami bilang cobalah pakai investasi. Dengan itu bisa dibayarkan dan itu bisa menjadi pertimbangan," kata Eri. (*)
Wali Kota Surabaya singgung tarif PDAM tak pernah naik puluhan tahun
Kamis, 4 Agustus 2022 8:51 WIB
Seharusnya ada perbedaan tarif, misalnya rumah di klaster perkampungan dengan klaster rumah mewah