Surabaya (ANTARA) - Komisi D Bidang Sosial DPRD Kota Surabaya meminta puskesmas dan kader posyandu menggencarkan sosialisasi perilaku hidup bersih dan sehat di lingkungan masyarakat Kota Pahlawan, Jatim, guna mencegah hepatitis akut.
Ketua Komisi D DPRD Surabaya Khusnul Khotimah di Surabaya, Rabu, meminta Pemkot Surabaya dalam hal ini puskesmas dan kader posyandu untuk terus sigap melakukan antisipasi munculnya kasus hepatitis akut di Kota Surabaya, meskipun saat ini belum ditemukan di Surabaya.
"Seluruh fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes) harus tetap siaga mewaspadai potensi munculnya kasus tersebut," kata Khusnul.
Meskipun Surabaya masih nol kasus hepatitis akut, dan Pemkot Surabaya sudah membuat surat edaran (SE) tentang perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dan deteksi ini hepatitis akut, Khusnul tetap mendorong dinas kesehatan (dinkes) setempat melakukan maping atau pemetaan wilayah daerah-daerah yang nol lahan jamban dan yang tinggal di pinggir sungai.
Dinkes Surabaya sebelumnya mengeluarkan SE pada 28 April 2022 terkait antisipasi hepatitis akut menindaklanjuti SE Kemenkes RI No HK 02/C/2515/2022 tentang Kewaspadaan terhadap Penemuan Kasus Hepatitis Akut yang Tidak Diketahui Etiologinya pada 27 April 2022.
Khusnul mengatakan terkait jumlah ketercapaian imunisasi dasar lengkap di Surabaya jumlahnya mencapai 96,90 persen dari jumlah 41.383 bayi yang ada di Kota Pahlawan.
Dia juga meminta digencarkannya sosialisasi melalui puskesmas dan kader posyandu tentang PHBS, baik kepada masyarakat maupun penjamah makanan, atau penyedia makanan seperti UMKM, dan juga pondok pesantren yang beberapa masih ada kebiasaan makan satu nampan bersama-sama.
Jika ditemukan gejala mengarah hepatitis akut, lanjut dia, harus segera dilakukan cek hematologi, SGOT, SGPT di laboratorium sebelum kemudian dirujuk ke rumah sakit. Rumah sakit juga harus menyiapkan ruang karantina.
"Jika diperlukan dibuat juknis atau SE Dinkes terkait SOP (standar operasional prosedur) penanganan hepatitis akut ini. Sosialisasi SOP jika ditemukan gejala mengarah ke hepatitis akut juga penting dilakukan," kata dia.
Kepala Dinkes Surabaya Nanik Sukristina sebelumnya meminta seluruh fasilitas kesehatan, terutama rumah sakit dan pusat kesehatan masyarakat di Surabaya agar meningkatkan pengawasan.
Naniek mengatakan sejumlah upaya meningkatkan kewaspadaan dini kepada masing-masing fasilitas pelayanan kesehatan pun dimaksimalkan. Bagi setiap rumah sakit, lanjut dia, Dinkes Surabaya meminta agar melakukan pengamatan semua kasus sindrom jaundice akut yang tidak jelas penyebabnya dan ditangani sesuai SOP serta pemeriksaan laboratorium.
"Kemudian, melakukan Hospital Record Review (HRR) terhadap hepatitis akut yang tidak diketahui penyebabnya dan melaporkan segera jika ada penemuan kasus potensial sesuai indikasi kasus tersebut," kata Nanik.
Sedangkan bagi setiap Puskesmas, Nanik menyebut pihaknya meminta agar seluruhnya melakukan penguatan komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) kepada seluruh masyarakat Kota Surabaya. Termasuk pula upaya pencegahan melalui perilaku PHBS secara konsisten dalam berkegiatan sehari-hari dan di lingkungan tempat tinggal.
"Kami juga mengimbau kepada seluruh masyarakat untuk segera mengakses fasyankes (puskesmas setempat) apabila mengalami sindrom jaundice," ujar dia. (*)