Jember (ANTARA) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Jember, Jawa Timur, memantau retakan tanah yang mengancam sejumlah rumah warga di Desa Jambesari
"Kami meninjau rumah warga yang mengalami retakan akibat gerakan tanah yang terjadi beberapa kali sejak tahun 2018 di Desa Jambesari, Kecamatan Sumberbaru," kata Sekretaris BPBD Jember Heru Widagdo di Jember, Kamis.
Menurutnya, gerakan tanah terjadi sudah kedua kalinya, tepat di tengah rumah warga, yang mengakibatkan dinding rumah retak sekitar 0,5 hingga 3 centimeter dan panjang 70 meter pada tahun 2018.
"Gerakan tanah tersebut diakibatkan oleh tanah yang labil dan adanya curah hujan yang tinggi sehingga rumah warga mengalami keretakan di bagian dinding dan lantai," tuturnya.
Kemudian pada tahun 2022 kembali terjadi gerakan tanah yang dirasakan oleh warga pada Sabtu (22/1) dan dirasakan terjadi gerakan tanah susulan yang dirasakan kembali oleh warga Desa Jambesari pada Minggu (23/1).
"Dampaknya 10 rumah mengalami keretakan pada dinding dan lantai dan tiga rumah terancam terkena longsoran dengan total sebanyak 13 KK (55 jiwa), enam balita, dan 10 lansia," katanya.
Heru mengatakan semua warga yang terdampak dan terancam retakan tanah tersebut mengungsi ke rumah kerabatnya yang aman sehingga rumah mereka yang retak tidak dihuni karena khawatir retakan tanah semakin lebar.
"Mengingat kondisi retakan bertambah dari Tahun 2018 hingga sekarang, maka keinginan warga di Dusun Poreng, Desa Jambesari, untuk direlokasi ke tempat yang tidak mengalami tanah bergerak," ujarnya.
BPBD Jember mendistribusikan bantuan logistik berupa bahan pokok dan mengirim tim Jitupasna untuk menilai kerugian akibat bencana retakan tanah tersebut.
"Kami mengimbau warga untuk mewaspadai adanya gerakan tanah susulan, sehingga rumah warga yang terancam terkena longsoran untuk tidak ditempati dulu," katanya.