Tulungagung (ANTARA) - Sebanyak enam warga Desa Sidomulyo, Kecamatan Pagerwojo, Kabupaten Tulungagung, yang diduga terpapar bakteri antraks diperbolehkan pulang ke rumah masing-masing dan beraktivitas seperti biasa setelah diberi antibiotik dari dokter.
"Mereka (pasien/penderita) tidak diisolasi tapi kami edukasi untuk melakukan personal higiene (higienitas mandiri)," kata Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kabupaten Tulungagung Didik Eka dikonfirmasi melalui telepon di Tulungagung, Jawa Timur, Minggu.
Didik mengakui penyakit antraks masuk jenis penyakit yang sangat menular dan berbahaya, najun penyakit ini masih bisa dikendalikan.
"Sebenarnya kalau dugaan kami itu benar, bahwa (penyakit kulit) itu adalah antraks, diberi antibiotik sudah tidak menular," terang Didik.
Namun, tentu pengobatan harus dilakukan terus-menerus. Minimal 20 hari sejak penyakit mulai diterapi pengobatan di bawah panduan dan pengawasan dokter.
Tak ada rekomendasi langsung terhadap ke enam pasien ini untuk melakukan isolasi ketat di rumah. Tim medis dari Puskesmas Pagerwojo dan Dinas Kesehatan yang aktif melakukan pendampingan hanya meminta kepada yang bersangkutan untuk rutin meminum obat dan antibiotik, serta menjaga higienitas.
"Tracing (penelusuran) ke warga sekitar juga sudah kami lakukan, sejak pertama kasus ini mulai ditemukan pada Rabu (2/6), dengan cara melakukan kunjungan langsung dari rumah ke rumah warga," lanjutnya.
Hasilnnya, belum ada laporan tambahan kasus baru ditemukan. Petugas kesehatan saat ini memilih aktif melakukan pemantauan dan pemeriksaan terhadap pasien/penderita dengan mendatangi ke rumah-rumah mereka yang berlokasi di Dusun Toro, Desa Sidomulyo.
Kasus antraks di Tulungagung juga sudah menjadi perhatian khusus Dinas Peternakan Jawa Timur dan Kementerian Pertanian, dengan mendatangkan tim khusus dari Balai Besar Veteriner Wates Yogyakarta.
Sampel organ dalam ternak yang mati, tanah area pembuangan kotoran ternak di lingkungan yang terkontaminasi sudah diambil untuk diperiksa. Demikian pula sampel darah dan area kulit warga yang mengalami gejala kulit melepuh berbentuk cincin dengan warna gosong di tengah yang cirinya sangat mirip penyakit antraks.
Untuk sampel dari organ, kotoran dan tanah kandang yang terkontaminasi, BB Veteriner Wates Yogyakarta sudah mengonfirmasi ke Pemkab Tulungagung bahwa penyebab kematian sejumlah ternak sapi di Desa Sidomulyo karena bakteri antraks.
Namun, untuk sampel luka kulit warga, saat ini masih diteliti oleh tim laboratorium dari BB Veteriner Yogyakarta.
"Semoga pekan ini, Insya-Allah Kamis (10/6) hasilnya sudah keluar dan kami terima," kata Didik.