Pacitan (ANTARA) - Dinas Kesehatan Kabupaten Pacitan, Jawa Timur, mengumumkan hasil uji laboratorium enam sampel pasien suspek antraks di wilayahnya yang dipastikan negatif.
"Hasilnya sudah kami terima. Enam warga yang sebelumnya dinyatakan suspek, semuanya negatif antraks," kata Kabid Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Dinas Kesehatan Kabupaten Pacitan, drg. Nur Farida di Pacitan, Jumat.
Hasil ini cukup melegakan. Namun, Farida mengimbau keenam warga yang sebelumnya menderita sakit dengan gejala mirip antraks untuk melakukan terapi pengobatan intensif ke puskesmas terdekat dan menjaga kebersihan.
Terlebih para penderita semua memiliki ternak sapi yang bisa menularkan wabah antraks. "Bagaimana pun kami tetap akan melakukan pemantauan dan sterilisasi," ujarnya.
Kondisi keenam pasien yang mengalami penyakit kulit mirip antraks tersebut saat ini sudah dalam kondisi membaik.
Luka pada kulit tubuh disertai gatal-gatal yang mereka derita sudah mengering. Kendati begitu, mereka tetap diwajibkan berobat jalan ke Puskesmas Gondosari Kecamatan Punung agar tetap mendapat penanganan optimal dari petugas kesehatan.
Sebelumnya, enam warga di wilayah Kecamatan Punung ini teridentifikasi menderita penyakit mirip antraks atau suspek antraks setelah beberapa dari mereka memeriksakan diri ke Puskesmas Gondosari, Pacitan.
Dokter yang menangani lalu melakukan anamnese dan menyimpulkan mereka diduga terpapar penyakit mirip antraks.
Temuan kasus itu lalu dilaporkan ke Dinkes sehingga dilakukan penyelidikan epidemologi hingga akhirnya identifikasi kasus mengembang menjadi enam kasus.
Dinkes kemudian menerapkan protokol kesehatan standar penanganan kasus antraks, kendati keenam penderita masih berstatus suspek. Terapi pengobatan standar penanganan penyakit antraks dilakukan. Petugas juga mengambil sampel darah dan luka pada kulit pasien untuk selanjutnya dikirim ke Balai Besar Veteriner (BBVet) Wates Yogyakarta.
"Memang ada enam yang suspek. Gejalanya mirip penyakit antraks. Mereka mendatangi Puskesmas Gondosari untuk berobat,” ujar Kepala Puskesmas Gondosari, dr Ika Maya Sari,*