Tulungagung (ANTARA) - Penjualan ternak sapi di sejumlah pasaran hewan Tulungagung, Jawa Timur, tetap ramai seperti biasanya, meski dibayang-bayangi isu wabah antraks yang dikhawatirkan menyebar dari wilayah pegunungan Pagerwojo ke daerah-daerah sekitarnya.
Seperti terlihat di Pasar Hewan Beji yang berada di pinggiran Kota Tulungagung, Kamis, aktivitas pasaran terlihat ramai pedagang berikut ternaknya yang diangkut dari daerah-daerah untuk dijual.
Demikian pula sebaliknya, banyak pula pedagang yang membeli ternak warga untuk dikumpulkan dulu atau bahkan langsung dijual.
"Kalau penjualan (sapi) sampai hari ini normal-normal saja. Pedagang yang berjualan banyak, yang menari juga banyak," kata salah satu pedagang sapi asal Kecamatan Rejotangan, Kolik Riski Efendi.
Ia memperkirakan volume penjualan sapi di pasar hewan beji maupun pasar hewan yang ada di daerah lain seperti di Ngunut akan semakin tinggi seiring datangnya Hari Raya Idul Adha yang jatuh pada 23 Juli 2021.
Sejumlah pedagang sebenarnya juga tahu temuan kasus antraks di sentra peternakan warga di Desa Sidomulyo, tetepi mereka tidak mau panik dan mengikuti alur pasar.
"(Antraks) tidak ada pengaruh sama sekali kok,” ucap Kolik.
Ia mengakui tren penjualan sapi selama kurun tiga tahun ini cenderung menurun. Namun, penurunan itu lebih dipengaruhi faktor pandemi.
Sebelum pendemi, setiap pasaran pedagang sapi bisa membawa hingga 12 ekor sapi dan selalu habis. Namun, sejak Pandemi berlangsung, dirinya hanya bisa menjual antara lima hingga enam ekor sapi per harinya.
“Mulainya ya setahunan (pandemi berawal),” ujarnya.
Disinggung isu adanya penolakan sapi asal Tulungagung akibat Anthrax di Desa Sidomulyo, dengan tegas dirinya menolaknya. Buktinya, selama ini dirinya masih bisa mengirim sapi ke luar kota.
“Kita masih kirim ke Surabaya juga,” katanya.
Pada Idul Fitri lalu, penjualan sempat naik, meski tak signifikan. Dan sapi yang terjual adalah jenis pedaging.