Tulungagung (ANTARA) - Harga susu sapi hasil perahan peternak di Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, masih stabil pada kisaran Rp5.800 per liter, meskipun di salah satu desa penghasil susu di daerah ini ditemukan wabah antraks.
"Sejauh ini penjualan susu tetap berjalan normal. Harganya bahkan masih sama dengan sebelum ada isu antraks, yakni Rp5.800 per liter," kata Kepala Dusun Toro, Desa Sidomulyo, Agung Ari Saputra ditemui di rumahnya di Desa Sidomulyo, Tulungagung, Rabu.
Ia mengatakan aktivitas pemerahan susu dan penjualan susu di daerah itu tetap normal. Temuan wabah antraks sempat membuat peternak sapi dan pedagang cemas.
Namun, katanya, hal itu tak berlangsung lama. Untuk menjaga kebersihan kandang, para peternak saat ini rajin melakukan desinfeksi dan sterilisasi.
Jika ada keluhan kesehatan ternak, katanya, mereka segera menghubungi petugas di posko darurat antraks yang didirikan di Balai Desa Sidomulyo sejak sepekan terakhir.
Rantai prooduksi dan penjualan susu sapi hasil perahan peternak terus berputar. Sementara petugas dari koperasi-koperasi susu terus keliling mengambili tangki-tangki kecil wadah susu yang disediakan.
Hanya penjualan ternak sapi yang dibatasi. Tak satupun ternak di daerah ini diizinkan keluar. Apalagi jika dalam kondisi sakit. pemantauan saat ini diperketat. "Kecuali produk susu yang tetap jalan terus," katanya.
Dengan desinfeksi yang dilakukan rutin di kandang-kandang ternak dan vaksinasi atau penyuntikan vaksin antraks ke ternak maka produk susu ternak sapi mereka tetap bagus.
Apalagi setelah Balai Besar (BB) Veteriner Wates Yogyakarta melakukan pengambilan sampling terhadap 44 sapi sehat dengan hasil semua negatif.
Populasi sapi di desa ini sekitar 1.600-an ekor yang tersebar di 400-an kandang.
Desa yang berada di kaki lereng Gununf Wilis dan berhadapan langsung dengan perbatasan Tulungagung-Trenggalek ini ramai sejak terjadi kasus kematian sapi secara beruntun sejak April 2021.
Wabah antraks diduga mulai menyerang ternak sapi di desa ini sejak April 2021. Sejumlah ternak sapi mendadak mati dalam tempo cepat. Kematian ternak sapi secara beruntun hingga 25 ekor hingga pasca-Lebaran.
Kematian ternak sapi mendadak diketahui setelah tim kesehatan hewan dari Kementerian Pertanian, Balai Besar (BB) Veteriner Wates Yogyakarta, Disnak Provisi Jatim dan Disnak Kabupaten Tulungagung mendapati bukti adanya bakteri antraks berdasar hasil uji sampel di laboratorium BB Veteriner Yogyakarta.