Tulungagung (ANTARA) - Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Kependudukan (DP3AK) Provinsi Jawa Timur tetap melanjutkan uji coba pembelajaran tatap muka di sekolah-sekolah yang wilayahnya masuk zona kuning atau hijau, dengan tetap menjalankan protokol kesehatan.
Hal itu ditegaskan Kepala DP3AK Provinsi Jawa Timur Andriyanto saat menjadi narasumber dalam diskusi online atau daring bertema “Vaksin COVID-19 dan Kesiapan Anak Menjalani Pembelajaran Tatap Muka” yang diselenggarakan Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Tulungagung dan Jurnalis Sahabat Anak (JSA) yang didukung Unicef Indonesia, Rabu.
"Pembelajaran tatap muka tentu membutuhkan kesadaran untuk menjalankan protokol kesehatan," katanya dalam diskusi yang dipantau di Tulungagung.
Menurutnya, ada beberapa hal yang perlu diwaspadai saat pandemi.
”Yang pertama, ada penelitian yang menunjukkan kekhawatiran anak akan kehilangan kecerdasan atau terjadi 'cognitive loss' akibat pandemi ini,” kata Andriyanto.
Menurutnya, cognitive loss'tidak hanya dialami anak-anak kalangan ekonomi bawah, namun juga anak-anak dari keluarga menengah atas pun bisa mengalami hal yang sama.
Child Protection Spesialist UNICEF Naning Pudjijulianingsih mengatakan, prioritas saat ini adalah bagaimana semua terlindungi.
”Yang penting bagaimana kesiapan sekolah dan guru. Kemudian siapa yang mengawasi kalau PTM dijalankan. Apakah perlu ada Satgas," ujarnya.
Menurutnya, jika PTM diberlakukan pada jenjang PAUD dan TK akan lebih berisiko karena dikhawatirkan siswa masih kesulitan menjalankan protokol kesehatan.
Berbeda bagi pelajar dengan tingkatan pendidikan lebih tinggi seperti SMP atau SMA.
Direktur LPA Tulungagung Winny Isnaini menambahkan, ada banyak hal yang perlu dipersiapkan baik oleh orang tua maupun anak-anak saat pandemi.
Bagi orang tua, salah satunya adalah bersiap menghadapi kebiasaan baru seperti mendampingi anak belajar secara kekinian.
Bagi anak-anak didorong mampu memanfaatkan IT untuk mendukung masa depan dan bukan dikendalikan oleh IT. Anak anak memahami dan mampu menerapkan pola hidup baru yang sehat, serta mampu merespon dan bertindak bijak untuk menjadi agen perubahan bagi kehidupan yang baik di masa depan.
Namun, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) hingga saat ini belum merekomendasikan pembelajaran tatap muka atau pembelajaran langsung bagi siswa sekolah selama masa pandemi COVID-19.
Selain zona risiko, ada banyak hal yang perlu menjadi pertimbangan sebelum memutuskan akan membuka sekolah.
Pertama yaitu melakukan pemetaan kasus positif per kelurahan, pemetaan lokasi sekolah termasuk dari mana saja muridnya berasal.
"Karena bisa saja sekolahnya zona hijau tapi muridnya ada yang dari zona merah dan terjadi penularan sesama siswa, lalu ke orang dewasa di sekitarnya," ujar dr. Endah Setyarini, Sp.A dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Jatim. (*)